Kyai Sala dan mayat Raden Pabelan

Dongeng di bawah ini merupakan kelanjutan Cinta Playboy Berakhir Tragis.

Sultan Hadiwijaya menghela nafas panjang, ia telah puas telah membunuh lelaki yang menodai anak gadisnya. Ia cabut kerisnya dari tubuh Raden Pabelan, maka darah segar mengalir dari dada anak lelaki Tumenggung Mayang itu.

Para prajurit yang berada di sekitar istana keputren berdiri kaku menyaksikan junjungan mereka membunuh kekasih sekar kedaton. Mereka terkejut ketika Sultan memberikan titah.

“Buang mayat Pabelan ini ke Bengawan dan panggil Tumenggung Mayang untuk menghadapku!”

Dengan cetakan para prajurit melaksanan tugas yang baru saja diperintahkan oleh penguasa Pajang tersebut. Tak perlu waktu yang lama, mayat Pabelan telah berada di dalam gerobak, untuk dibuang ke Bengawan yang mengalir di sebelah selatan Keraton Pajang, meskipun hari telah menjelang malam.

***

Pedukuhan Sala pagi itu menggeliat seperti biasanya. Para penduduk keluar rumah untuk makarya sesuai dengan profesinya masing-masing, seperti pedagang dan petani. Pedukuhan ini dipimpin oleh tokoh masyarakat yang dikenal sebagai Kyai Sala. Ia pun turut makarya menjadi seorang petani.

Ketika ia akan menyeberang Bengawan, Kyai Sala menemukan sesosok mayat lelaki yang tersangkut pada akar tanaman besar yang tumbuh di pinggir sungai. Ia pun segera melepaskan mayat tersebut dan membiarkannya terseret arus sungai.

Keesokan harinya, Kyai Sala kembali menemukan mayat tersebut tersangkut pada akar pohon yang sama. Ia melepaskan mayat tersebut dan membiarkannya terseret arus sungai. Peristiwa yang sama terulang sampai tiga kali. Pada kali terakhir ia berjanji akan mengubur mayat tersebut sesuai adat-kebiasaan yang berlaku di masyarakat.

Pada malam harinya, ketika Kyai Sala tidur ia bermimpi didatangi oleh lelaki yang siang harinya ia kuburkan.

“Terima kasih Kyai, telah merawat mayatku dengan baik. Perkenalkan aku adalah Raden Pabelan putra Tumenggung Mayang. Kelak, Padukuhan Sala ini akan menjadi sebuah kota yang besar!”

Kyai Sala terbangun dari tidurnya dan masih mengingat dengan jelas kalimat yang diucapkan oleh Pabelan. Maka, ketika tiga hari kemudian ada rombongan Tumenggung Mayang yang tengah mencari keberadaan mayat Pabelan singgah di Padukuhan Sala, Kyai Sala memberitahukan di mana letak makam Pabelan.

Kelak di kemudian hari, makam Raden Pabelan lebih dikenal sebagai Kyai Bathang (bangkai). Dan benar saja, Padukuhan Sala menjadi kota yang besar dengan sebutan Kota Solo.