Kegagalan Cinta Bandung Bondowoso dan Jonggrang

Syahdan,  Bandung Bondowoso seorang raja muda gagah perkasa dan begitu tampan baru saja memenangkan peperangan berhasrat menjadikan Roro Jonggrang, putri mendiang Raja Boko yang telah dibunuhnya, sebagai istrinya. Jonggrang gemetar ketakutan saat Bandung meminangnya. Dalam benaknya yang sedang kusut, dia terima pinangan Bandung tetapi dengan satu syarat: dia akan mau menerima pinangan sang raja muda itu bila 1.000 candi ditegakkan dalam satu malam. Tidak mungkin bagi Jonggrang untuk menampik  kehendak seorang lelaki yang kini dipertuan, karena kerajaan ayahnya telah jatuh ke tangan penguasa kerajaan Pengging itu dan dengan demikian berarti dia bukan lagi orang yang merdeka.

Terhadap persyaratan itu Bandung menyanggupinya, dan hal ini sangat mengherankan Jonggrang. Sesuatu pekerjaan yang mustahil dapat dilakukan oleh seseorang, bahkan orang sakti sekalipun.

“Jonggrang, tunggulah di sini, aku akan segera memulai membangun seribu candi seperti yang kamu inginkan!” kata Bandung sambil berlalu meninggalkan Jonggrang yang masih belum percaya atas ucapan Bandung.

”Tapi, Bandung….” Jonggrang ingin mengatakan sesuatu isi hatinya. Tapi Bandung sudah keburu pergi meninggalkannya seorang diri. Di hati Jonggrang yang paling dalam, dia takjub kepada Bandung kenapa dia tidak memperlakukannya sebagai jarahan perang. Bagaimana ini mungkin, padahal Bandung bisa saja memaksanya menjadikan istrinya.

Di tanah lapang, Bandung Bondowoso menyusun batu untuk menegakkan sebuah candi. Berpuluh-puluh, beratus-ratus candi telah terbangun, bahkan sampai lewat tengah malam dia bekerja dengan sangat keras. Aneh sekali, dia tak merasa lelah, apakah ini karena kekuatan cintanya kepada Jonggrang? Tidak ada waktu untuk merenung. Dihitungnya candi yang telah dia bangun, sudah mencapai 999 candi, kurang 1 candi lagi.

Sayup-sayup terdengar suara-suara pagi datang dari jauh. Dia dongakkan kepalanya ke arah ufuk timur, dia tidak melihat warna fajar. Tetapi dia tahu dia telah gagal memenuhi persyaratan Jonggrang. Bandung tidak berhasil menyelesaikan 1.000 candi dalam waktu yang ditentukan.

Tidak lama kemudian, Jonggrang datang ke tempat Bandung membangun candi-candinya. Dia melihat Bandung yang sedang menyelesaikan candi ke-1000.

Jonggrang menghampiri dan berkata, “Bandung, kamu telah gagal. Dengan demikian pinanganmu pun dengan sendirinya tertolak olehku”.

 “Iya Jonggrang, aku sudah berusaha. Ternyata pagi telah datang lebih cepat. Tetapi ijinkanlah aku menyelesaikan candi ke-1000 ini, aku tinggal membuat satu arca, yang berwujud dirimu,” kata Bandung sambil mengambil sebongkah batu yang akan dia gunakan untuk membuat arca Jonggrang.

Pahat pun menari-nari indah di batu itu, tak begitu lama bentuk tubuh seseorang telah tampak di sana. Dari kejauhan mata Jonggrang menyaksikan tangan kekar Bandung yang sedang menyelesaikan pekerjaanya. Entah perasaan apa yang sedang bergolak di hati Jonggrang, dia pun berlari meninggalkan tempat itu menuju istananya.

Dengan tekun, Bandung mereka-reka bentuk dan rona wajah Jonggrang. Memang ajaib, patung itu bak pinang dibelah dua dengan Jonggrang.

“Dengan kekuatan cintamu Jonggrang, aku telah menyelesaikan maha karyaku”, Bandung bergumam sendirian. Arca Jonggrang diletakkan di candi ke-1000, candi yang paling besar. Ditatap dan diusapnya wajah cantik Jonggrang, keringat di tangannya membasahi arca Jonggrang. Dengan keletihan luar biasa yang dideritanya, Bandung pergi meninggalkan candi. Pagi belum juga menampakkan wujud aslinya. Bandung tidak mau berpaling ke belakang lagi, dia mengikuti langkah-langkah kakinya. Dia telah kalah bertaruh dengan egonya untuk memenangkan cintanya.

Sementara itu, di peraduannya Jonggrang demikian gelisah memikirkan Bandung. Segera saja dia beranjak dan berlari menuju candi. Jonggrang juga merasa mencintai Bandung, tapi dia terlambat menyadarinya. Candi telah kosong tidak ada siapa-siapa, hanya arca yang sangat mirip dirinya. Dipeluknya arca itu, dia menangis memanggil nama Bandung yang telah pergi ditelan bumi dengan membawa kekalahannya. Dia menyesali mengapa harus merekayasa datangnya pagi. Mestinya Bandung bisa memenuhi persyaratannya sehingga cintanya bersatu dengan cinta Bandung.

Cinta yang datang terlambat susah untuk disatukan.

Jonggrang memohon kepada Dewata agar dia disatukan dengan Bandung. Rupanya Dewata tidak sedang berpihak kepadanya, bahkan Dewata menyuruhnya untuk meleburkan jiwa dan raganya dengan arca di hadapannya.

Jonggrang patuh, tidak ada pilihan baginya.