Kebiri

Di masa kecil dulu, di rumah mBah Kung memelihara seekor anjing berkelamin jantan. Ia suka dipanggil dengan Bleki karena berwarna hitam. Bleki sering bermain bersama Bruno, anjing milik tetangga.

Seingatku, mBah Kung memelihara Bleki sejak kecil sehingga Bleki ini sangat akrab dengan penghungi rumah, bahkan terhadapku yang sesekali datang ke rumah mBah Kung sangat dikenali olehnya.

Pada suatu hari, Bleki dan Bruno berkelahi hebat. Kata mBah Kung mereka memperebutkan perhatian Temi, seekor anjing betina milik tetangga yang rumahnya di belakang mBah Kung. Bulu-bulu Temi yang lembut dengan langkah gemulai rupanya membuat libido Bleki dan Bruno bertegangan tinggi.

Memang, sejak Temi suka main di halaman rumah mBak Kung, Bleki jadi banyak tingkah yang ujung-ujungnya membuat cemburu Bruno. Kalau mereka sudah ribut sering membuat mBak Kung ngelu.

***

Di beranda samping rumah Bleki gelisah bukan main. Ia tak bebas bergerak ke sana ke mari sebab pada lehernya dipasang rantai  dan ditalikan pada tiang kayu jati yang sudah tua umurnya.

mBah Kung mendekati Bleki dan mengelus kepalanya supaya tenang. Tetapi tak semudah itu, Bleki merasa terancam ketika melihat mBah Kung membawa seutas tali. Dalam gerakan cepat, mBah Kung telah berhasil menjerat kaki-kaki Bleki dan mengikatnya sehingga Bleki tak berdaya sama sekali.

Apa yang akan dilakukan mBah Kung?

mBah Kung menghunus sebilah pisau tajam lalu didekatkan ke arah testis Bleki. Dalam waktu yang sangat singkat mBah Kung baru saja menyelesaikan sebuah pekerjaan yang disebut sebagai kebiri. Ia baru saja mengebiri Bleki.

“Anunya Bleki diapain sih mBah?” tanyaku penasaran.

“Dikebiri, biar Bleki nggak nakal lagi,” jawab mBah Kung singkat.

Aku tak bertanya lagi. Hanya yang aku ingat hingga sekarang, Bleki mengeluarkan banyak darah dari selangkangnya dan itu sempat membuatku trauma. Bahkan nanti ketika saatnya aku disunat, sempat semaput karena mengira akan dikebiri oleh mantri sunat.

Beberapa hari kemudian memang kelihatan kalau Bleki mulai tenang ketika melihat Bruno dan Temi. Belakangan mBah Kung bercerita kalau pengebirian itu membuat Bleki lebih tenang dan mudah dikendalikan, karena hilangnya fungsi libido yang dimiliki Bleki.

Aku jadi ingat pelajaran biologi bahwa fungsi libido anjing jantan terkait dengan hormon testosteron yang dibentuk di testis anjing jantan. Sehingga jika testis dikebiri maka libidonya akan hilang tak tidak tertarik pada anjing betina.

Bleki menjadi lebih santun, tidak terprovokasi oleh tingkah-polah Bruno atau pun Temi. Aku pernah berfikir, apakah tempat yang dikencingi Bleki yang telah dikebiri itu bisa digunakan sebagai suatu tanda bahwa ia sedang menyatakan tanda kekuasaannya bagi anjing lainnya? Kalau tidak, betapa nelangsanya Bleki ketika eksistensinya tidak diakui oleh anjing lainnya.

Atau jangan-jangan dengan mengebiri Bleki berarti mBah Kung telah melanggar hak asasi anjing untuk hidup normal dalam menjaga keberlangsungan keturunannya?