Kebahagiaan itu datang melalui tujuh sebab

Pertama, kebahagiaan datang lantaran kesaktian atau keampuhan sehingga ditakuti orang lain. Kesaktian dan kekuatan ini bisa diperoleh dengan cara mengurangi makan sehingga hati menjadi tenteram. Pantangan yang harus dihindari adalah merugikan dan mengganggu orang lain.

Kedua, kebahagiaan itu datang karena kepandaian, yakni agar diakui oleh orang lain. Untuk mendapatkan kepandaian ini bisa dimulai dengan cara mengabdi, dapat dicapai dengan cara telaten dan bersungguh-sungguh. Pantangan yang harus dihindari adalah malas dan tak bersemangat.

Ketiga, kebahagiaan datang melalui sarana kekayaan, agar orang-orang mendekatinya. Ini bisa diraih dengan cara bekerja, dan akan tercapai jika dilakukan dengan sabar, pasrah, hemat, teliti dan hati-hati. Pantangan yang harus dihindari adalah rakus dan tamak.

Keempat, kebahagiaan akan datang melalui sarana memiliki banyak anak dan cucu, agar ada yang merawat dan memerhatikan saat hari tua. Ini bisa diraih dengan cara bersikap lembut, kasih sayang, dan berhati-hati dalam setiap tutur kata. Pantangan yang harus dihadapi adalah gampang membenci dan kuatir.

Kelima, kebahagiaan bisa datang melalui sarana pangkat yang tinggi, agar dihormati orang lain. Cara meraihnya adalah dengan jalan bertapa dan melaksanakan laku prihatin. Akan mudah tercapai jika dilakukan dengan mengedepankan sikap puja, bakti, dan rendah hati. Pantangan yang harus dihindari adalah sombong dan gampang marah.

Keenam, kebahagiaan datang melalui sarana panjang usia agar dirinya dipercaya saat berusia tua. Caranya adalah dengan membersihkan hati. Akan mudah tercapai jika mau untuk tidak kawin lagi, setia kepada satu istri saja. Pantangannya adalah berdusta dan ingkar janji.

Ketujuh, kebahagiaan itu datang melalui sarana keahlian, sehingga ia akan menjadi tempat berlindung bagi orang lain. Ini bisa diperoleh dengan cara menyucikan hati, yakni dengan mengurangi minum. Akan lebih cepat tercapai dengan sifat adil dan berjiwa utama. Pantangan yang harus dihindari adalah berbuat serong dan gampang marah.

Itulah wejangan Ki Hartati kepada putra-putrinya yang saya kutip dari Buku Serat Centhini 1 hal 416-417 yang ditutur ulang oleh Agus Wahyudi (Penerbit Cakrawala, 2015).  Buku ini adalah bentuk novelisasi Serat Centhini jilid 1 dari 12 jilid, yang merupakan naskah Jawa yang istimewa meliputi sejarah, pendidikan, geografi, arsitektur, pengetahuan alam, filsafat, agama, tasawuf, klenik, ramalan, sulap, kesaktian, perlambang, adat istiadat, tata upacara tradisi, etika, pskologi, flora dan fauna, obat-obatan, makanan, seni, dan lain-lain, bahkan sampai pada pengetahuan tentang senggama.