Kartini sayang pada ayahnya

Loh, katanya Kartini itu dipingit oleh ayahnya, tetapi kenapa ia masih sayang kepada ayahnya? Pingit-memingit adalah tradisi zaman Kartini dulu. Meskipun dipingit, toh Kartini dibebaskan oleh ayahnya berkorespondensi dengan kawan-kawannya, juga memberikan pengajaran di lingkungan kompleks kadipaten tempat tinggalnya.

Meskipun ia tinggal di dalam tembok kadipaten, ia mengikuti perkembangan dunia luar dengan membaca. Memang, Kartini gemar membaca. Dari gemar membaca itulah Kartini mempunyai wawasan yang sangat luas. Kakaknya termasuk pemasok utama buku-buku yang dibaca Kartini.

Seperti inilah Kartini menggambarkan sang ayah:

Ia dapat begitu lembut, dan dengan lunaknya mengambil kepalaku pada kedua belah tangannya, begitu hangat dan mesranya tangannya merangkul daku, untuk melindungi aku daripada bencana yang datang menghampiri. Ada aku rasai cintaku yang tiada terbatas kepadanya dan aku menjadi bangga, menjadi berbahagia karenanya. (surat tanggal 25 Mei 1899 kepada Estella Zeehandelaar).

atawa di surat yang lain, ia menulis:

… aku mengarang, melukis, dan melakukan semuanya, karena ayah suka akan hal itu. Aku akan berusaha keras dan berusaha sebaik-baiknya, membuat kebajikan-kebajikan, karena semua itu menyukakan hatinya … (surat tanggal 23 Agustus 1900 kepada Estella Zeehandelaar).