Kita terbiasa hidup dengan hitungan menggunakan Kalender Masehi, sehingga tak heran sangat hapal dengan nama-nama bulan Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember dan Desember. Tetapi, sebagian besar dari kita tidak hapal dengan nama-nama bulan dalam sistem Kalender Hijriyah. Pun dengan orang Jawa yang mempunyai Kalender Jawa, sebagian besar dari mereka tidak hapal dengan nama-nama bulan sistem Kelender Jawa.
Pada tahun 638 M atawa 17 H, khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan Kalender Islam yaitu tahun di mana hijrahnya Kanjeng Nabi dari Mekkah ke Madinah. Sebelumnya ada usulan awal dimulainya tahun Hijriyah adalah tahun kelahiran Kanjeng Nabi. Jika dihitung, tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriyah akan bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Kanjeng Nabi. karena peristiwa hijrahnya Kanjeng Nabi terjadi di bulan September 622.
Inilah nama-nama bulan dalam Kalender Hijriyah: Muharram (30 hr), Safar (29 hr), Rabiul awal (30 hr), Rabiul akhir (29 hr), Jumadil awal (30 hr), Jumadil akhir (29 hr), Rajab (30 hr), Sya’ban (29 hr), Ramadhan (30 hr), Syawal (29 hr), Dzulkaidah (30 hr), dan Dzulhijjah (29 hr).
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan Kalender Qomariyah, memiliki 12 bulan dalam setahun, di mana jumlah hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun dalam Kalender Hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Bagaimana dengan Kalender Jawa?
Kalender Jawa adalah kalender yang unik karena perpaduan antara budaya Islam, budaya Hindu-Buddha Jawa dan juga budaya Barat. Dalam sistem kalender Jawa, siklus hari yang dipakai ada dua: siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan Ahad) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari 5 hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon). Dalam penyebutan hari, orang Jawa akan menyertakan pancawara-nya, misalnya Senin Pon, Kamis Legi atawa Rabu Kliwon.
Adalah Sultan Agung, Raja Mataram Islam yang menciptakan Kalender Jawa pada tahun 1625 Masehi. Sultan Agung menerbitkan Surat Keputusan untuk mengubah penanggalan Saka menjadi penanggalan Jawa versi Mataram yang menggunakan sistem kalender qomariah, tetapi tidak menggunakan angka dari tahun Hijriyah (ketika itu tahun 1035 H). Angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan oleh Sultan Agung demi asas kesinambungan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1547 Saka, sehingga pada sistem Kalender Jawa diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa.
Nama-nama bulan dalam Kalender Jawa: Sura (30 hr), Sapar (29 hr), Mulud (30 hr), Bakda Mulud (29 hr), Jumadilawal (30 hr), Jumadilakir (29 hr), Rejeb (30 hr), Ruwah (29 hr), Pasa (30 hr), Sawal (29 hr), Sela (30 hr) dan Besar (29 hr).
Untuk hitungan tahun, Kalender Jawa mengenal kala-ulang 8 (delapan) tahunan atawa disebut dengan Windu. Nama-nama tahun tersebut adalah Alip (354 hari, 1 Sura jatuh di Selasa Pon), Ehe (355 hari, 1 Sura jatuh di Sabtu Pahing), Jimawal (354 hari, 1 Sura jatuh di Kamis Pahing), Je (355 hari, 1 Sura jatuh di Senin Legi), Dal (354 hari, 1 Sura jatuh di Sabtu Legi), Be (355 hari, 1 Sura jatuh di Rabu Kliwon), Wawu (354 hari, 1 Sura jatuh di Ahad Wage) dan Jimakir (355 hari, 1 Sura jatuh di Kamis Pon).
[dari berbagai sumber]