Kalau prasmanan, mestinya dihabiskan

Ketika di dunia yang lain banyak orang yang kelaparan karena kekurangan makanan, di suatu hajatan banyak orang yang menyia-nyiakan makanan yang diambilnya.

Konsep prasmanan sebetulnya memberikan kebebasan kepada seseorang untuk mengambil makanan sesuai selera dan volume perutnya. Namun, untuk ukuran perut orang Indonesia mestinya ya cuma segitu-gitunya saja. Maka saya sering heran ada orang yang mengambil makanan sampai menumpuk di piringnya dan isinya dicampur jadi satu: nasi, sayur, lauk, kerupuk, buah, dan kue/roti, seakan-akan takut kehabisan jika nanti akan mengambil ulang makanannya.

Kalau makanan sebanyak itu dihabiskan, okelah. Tetapi yang sering terjadi mereka tidak menghabiskan makanan itu dan sisa makanan akhirnya tidak termakan dan dibuang sia-sia.

Kasihan orang yang punya hajat. Bagaimana jika prasmanan di rumah makan atau restoran?

Hampir-hampir mirip. Hanya bedanya kalau di rumah makan atau restoran makanan tersebut nantinya (atau telah) dibayar. Merasa sudah bayar, suka-suka deh ambil makanan meskipun tidak dihabiskan.

Pada sebuah restoran cepat saji, saos sambal diberikan dengan cuma-cuma di mana pembeli bebas mengambil sebanyak yang ia suka. Saya sering menyaksikan seseorang mengambil saos sambel satu piring penuh, meskipun nanti hanya sedikit saja sambel yang ia colek. Akhirnya sambel tersebut terbuang sia-sia.

***

Pada suatu hari Sabtu saya mendapatkan undangan di tiga tempat pada saat yang sama. Kebetulan saja, lokasi antar tempat kondangan tak berjauhan sehingga ketiganya bisa saya datangi.

Dari rumah perut sudah saya kosongkan, sebab kurang afdol jika ke kondangan tidak menikmati hidangan. Dan bisa saya pastikan ketiganya menggunakan konsep prasmanan.

Saya jadi ingat dongeng Si Lebai Malang dan saya tak ingin bernasib sama dengannya. Si Lebai harus mendatangi dua tempat kondangan yang berbeda. Ia tak mau menikmati makanan yang disajikan di tempat pertama sebab berangan-angan jangan-jangan di tempat yang kedua nanti makananya lebih enak. Begitu ia sampai di tempat kedua, hajatan sudah bubar. Malang nian nasib Si Lebai.

Ya, saya mengambil makanan semadyanya saja. Dan pada tempat ketiga tak makan nasi lagi, sebab masih ada kue dan buah yang bisa dikudap.

Hidup sekali jangan rakus deh.