Waktu dhuha berlalu sudah. Aktivitas warga Kampung Pakis Kidul di hari minggu menggeliat lambat. Berbeda dengan Suwandi yang selepas subuhan tadi sudah berangkat ke tempat kerjanya. Ia bekerja pada sebuah Dept. Store di bilangan Malioboro Jogjakarta. Hari minggu seperti ini justru saatnya panen pengunjung, sehingga semua karyawan diberdayakan untuk menyambut para pelanggan.
Rahmini duduk dheleg-dheleg di kursi tamu sendirian. TV menyala tiada ia hiraukan. Sesekali ia lihat layar Nokia bututnya, siapa tahu ada SMS masuk dari Suwandi, suami yang baru beberapa bulan menikahi dirinya.
Ia pantas gelisah. Hari ini ia berulang tahun, hingga sampai sesiang ini Suwandi belum memberikan ucapan selamat kepadanya. Apa mas Wandi lupa? Rahmini bereka-wicara.
Rahmini menyibukkan diri dengan bersih-bersih rumah yang sebetulnya sudah bersih itu. Tapi itulah Rahmini, seorang ibu rumah tangga yang tahu betul bagaimana merumat sebuah rumah tangga. Rumah adalah surga kecil bagi dirinya dan Suwandi, dan tentu saja bagi calon jabang bayi yang berada di kandungannya.
Nokia yang ada di genggamannya berbunyi nyaring. Ada pesan pendek dari suaminya: Dik Rahmini hari ini nggak usah masak. Ia masih menunggu kelanjutan SMS yang barangkali dikirimkan Suwandi belakangan. Ternyata tak ada, bahkan sampai sore.
***
Selepas menandatangani slip gaji di loket bendahara, Suwandi berjalan menuju ATM. Setelah mengambil uang, ia melaju pulang ke Kampung Pakis Kidul di tlatah mBantul bagian pinggiran. Kali ini ia tak langsung pulang, motor ia belokkan ke arah perempatan Pabrik Gula Madukismo lalu menuju ke Sendang Semanggi Sembungan. Ia mampir di Warung Makan Ayam Goreng Jawa mBah Cemplung. Tak kurang dari lima belas menit, dua porsi ayam sudah bisa ia bawa pulang.
Belum jauh ia melaju, ia mampir pada sebuah warung untuk membeli dua bungkus kolak pisang dan beberapa biji kue gorengan.
***
Dari pelantang suara masjid terdengar suara anak-anak sedang bersholawat menunggu adzan maghrib. Rahmini gelisah menunggu kedatangan Suwandi. Tak biasa suaminya pulang selarut ini, mestinya bakda asar sudah ada di rumah. Ia berasa lega begitu mendengar suara motor suaminya memasuki halaman rumah.
Bergegas ia menyambut suaminya itu dengan mencium tangannya dan menerima beberapa plastik kresek yang berisi ayam goreng, kolak pisang dan kue gorengan. Dengan cekatan ia menyajikannya di meja makan.
Adzan maghrib berkumandang. Suwandi memimpin doa berbuka puasa. Ya, ini adalah buka puasa hari pertama Ramadhan yang agung. Teh manis hangat telah mengobati dahaga mereka setelah seharian berpuasa. Setelah menikmati kolak pisang, mereka mengambil wudlu dan shalat maghrib berjamaah.
Seusai berdoa, Suwandi berkata kepada istrinya.
“Selamat ulang tahun, Dik. Terima kasih telah menjaga surga kita serta calon penghuninya yang masih berada di perutmu ini.”
Rahmini tak kuasa menahan haru.