Jogjakarta

Rasanya, hanya kota Yogyakarta saja yang bisa disebut secara banyak versi. Ia bisa disebut secara utuh Yogyakarta atawa menyingkatnya sebagai Yogya, karena semua orang akan paham. Huruf Y-nya pun bisa diganti dengan huruf J bahkan dalam bahasa tulis masih sering dipakai ejaan lama Dj: Jogjakarta atawa dalam versi Djokja.

Jogja bagi saya seperti tanah kelahiran kedua, sebab pernah selama hampir enam tahun tinggal di kota ini, indekost. Saban tahun setidaknya saya menyempatkan waktu untuk mendatangi kota yang punya sebutan sebagai Kota Pelajar dan Kota Gudeg itu. Kota yang mempunyai slogan Berhati Nyaman ini, kini seperti kota metropolis seperti kota-kota yang lain di Indonesia yang ditandai dengan tumbuh pesatnya pusat-pusat perbelanjaan dan bisnis turunannya.

Memang kurang pas membandingkan Jogja pada pertengahan 90-an dengan masa kini. Pasti jauh berbeda. Sudah tiga hari ini saya berada di Jogja, tinggal di sebuah hotel sekelas homestay di pinggiran kota. Suasana keramahan dan keakraban masyarakatnya relatif belum banyak berubah dibandingkan puluhan tahun lalu, masihlah kalau disebut sebagai kota yang membuat hati nyaman bagi para penghuninya. Besok menjadi hari terakhir saya berada di Jogja. Bukan untuk liburan, tetapi mengantar Kika untuk melakukan daftar ulang dan tentu saja mencari tempat kost untuk Kika selama nanti kuliah di UGM.

Kuliah di Jogja menjadi keinginan Kika dan Lila sejak mereka kecil. Keinginan tersebut bisa jadi terbentuk menjadi motivasi sebab saban tahun saya mengajak mereka berkeliling ke kampus-kampus ternama di Jogja, lalu berfoto di depan fakultas atawa gerbang utama kampus. Road to campus tersebut saya mulai ketika Kika masih berumur 3 tahunan.

Jogja bagi saya tempat yang pas untuk bertapa di tengah kepungan simbol-simbol modernitas perkembangan zaman. Meskipun rentang waktu perkuliahan saya dengan Kika berjarak 27 tahun, saya tak ingin memberikan fasilitas yang melebihi kenyamanan di rumah. Setidaknya mirip dengan kehidupan Lila di asramanya. Mereka harus menjadi anak-anak yang tangguh, sebab masa depan mereka ditentukan oleh hasil tapa-brata saat ini.