Jejak Kaki Pak Harto nggak jelas jejaknya

Cuplikan kalimat di atas dapat Anda temukan dalam buku saya yang keenam yang berjudul Memburu Jejak Kaki Pak Harto (Oase Pustaka, Oct 2014). Ke mana saja saya memburu jejak kaki Pak Harto? Jawabannya ada di buku ini, tentu saja.

Kalimat di atas pernah saya tulis di Blog Cerita Hari Ini tanggal 22 Oktober 2014 yang lalu. Mungkin karena penasaran pada isi buku saya itu, hingga saat ini sudah ada 12 (dua belas) orang yang memesan buku keenam saya tersebut.

Ini kisah di balik diterbitkannya buku Memburu Jejak Kaki Pak Harto – selanjutnya saya sebut dengan MJKH. Buku ini saya bikin berbarengan dengan Enjoy Capitalism, kemudian masuk ke penerbitkan selisih 2 (dua) hari, MJKH belakangan. Lagi pula kedua buku tersebut beda penerbit.

Harga dan timeline proses penerbitan MJKH telah saya sepakati dengan pihak penerbit bahkan dalam hitungan menit saya lunasi biayanya. Berdasarkan timeline tersebut MJKH sudah terbit di tanggal 5 Nov 2014. Saya tak butuh waktu lama untuk menyetujui disain cover dan isinya.

Setelah disan cover saya setujui, saya segera mengabarkan ke pembaca saya kalau saya akan segera menerbitkan buku baru yang berjudul MJKH terpasang di halaman Buku Saya, sungguh puji Tuhan syukur alhamdulillah respon pembaca cukup baik.

Perkiraan saya setelah buku direncanakan terbit tanggal 5 Nov, paling tidak 4 atau 5 hari kemudian saya sudah mendapatkan kiriman buku yang sudah dicetak. Ketika saya tanyakan kepada penerbitnya, ISBN (International Standard Book Number) MJKH belum keluar dari Perpustakaan Nasional.

Esoknya saya mendapatkan kabar kalau ISBN sudah keluar, MJKH siap cetak. Delapan hari kemudian saya konfirmasi ke penerbit, MJKH dikirim via jasa pengiriman apa dan saya minta nomor resi pengiriman untuk keperluan tracking. Jawaban yang keluar cukup lama: sudah dilakukan pengiriman menggunakan jasa pos (asumsi saya Pos Indonesia). Penerbit memberikan keterangan tambahan: tapi karena ujan terus. Pengiriman ditunda. Karena takut barang2nya kebasahan. Mohon maaf.. 

Esoknya saya kirim SMS ke penerbit: Mas, yang takut hujan itu kantor pos mana ya? Kemudian dijawab: Kantor pos di jogja.. Tapi mudah2an besok sudah sampai. Kami mohon maaf kalau terjadi keterlambatan.

Hmm… takut hujan, tiba-tiba “berani” sama hujan terus besoknya sudah sampai di alamat saya? Seperti biasa saya berekawicara.

Hari berikutnya pihak penerbit kirim SMS meminta maaf lagi: Selamat Pagi. Kami dr pihak penerbit minta maaf kalau terjadi keterlambatan. Soalnya ini baru pertama kali terlambat. Kebetulan percetakannya kemarin salah kirim ternyata. Mohon maaf sekali. Nanti kami beri dua buku bonus sebagai permohonan maaf kami.

Dari takut hujan menjadi salah kirim, sebuah alasan yang aneh. Bagi saya yang puluhan tahun bekerja di lini pelayanan untuk pelanggan, kesalahan seperti ini sangat fatal. Maka, sejak dua hari lalu MJKH sementara saya anggap sebagai buku koleksi pribadi tidak untuk dikomersialkan.

Sampai dengan artikel ini saya publikasikan saya tak tahu di mana jejak MJKH berada, masih di Solo-kah, Jogja-kah, atau sudah di Karawang tetapi pak pos takut hujan untuk mengantarkan paketnya ke rumah saya?

Bagi Anda yang sudah memesan MJKH jangan kuatir, begitu buku MJKH sudah sampai di tangan saya akan segera saya kirim ke alamat Anda dengan cuma-cuma, sebagai cinderamata sekaligus sebagai tanda permohonan maaf yang tulus dari saya.