Jarik

Ada dua sumber pembiayaan yang menjadi andalan ibuku, yakni organisasi PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) tingkat RT – sebuah organisasi untuk memberdayakan peran perempuan untuk kesejahteraan keluarga yang lahir di zaman Orde Baru dan Pegadaian. Sebagai ibu rumah tangga sejati, ia harus pandai-pandai memutar, mengatur, menutup, mengeluarkan dan mengendalikan keuangan keluarga yang jumlahnya sangat minim itu. Maklum saja, bapakku hanya PNS golongan IIA.

Tapi itulah kehebatan ibu. Meskipun punya pinjaman di mana-mana ia pandai mengaturnya. Tak pernah sekalipun aku dengar ada orang mencak-mencak menagih hutang ke ibuku. Semua dibayar tepat waktu. Orang bilang sih, gali lubang tutup lubang tetapi tak pernah terperosok dalam lubang yang digalinya itu.

Suatu ketika aku pernah diminta mengantar ibu ke Pegadaian. Aku bonceng ibu dengan sepeda Raleigh keluaran tahun 50-an. Kami akan menggadaikan sepeda itu!  Hmm… sangat mudah berurusan dengan Pegadaian. Sepeda ditaksir harganya, lalu uang pinjaman berpindah ke tangan ibu. Kami pulang berjalan kaki. Itulah pengalaman yang sangat membekas di kepalaku.

Sebenarnya itu bukan kali pertama bagi ibu berhubungan dengan Pegadaian. Hanya, ketika menggadaikan sepeda itu ibu mengajakku. Barang-barang di rumah yang sering ‘sekolah’ di Pegadaian: mesin jahit, radio, dan jarik.

Jarik? Ya. Jarik adalah sebutan untuk kain (batik), biasa dikenakan oleh perempuan. Ibu punya beberapa lembar, salah satunya pemberian nenek. Ibu memakai jarik kalau sedang pergi kondangan. Aku tidak tahu persis berapa harga yang diberikan oleh juru taksir Pegadaian. Jarik-jarik milik ibu biasanya lama sekolahnya, karena jika jatuh tempo (pengambilan barang) ibu akan nganaki (bayar bunganya) saja.

Apa yang dilakukan oleh ibu tujuannya cuma satu: agar anak-anaknya sekolah semua.

~oOo~

Syahdan, sambil kuliah aku nyambi jadi asisten peneliti. Meskipun kerja part-time, aku mendapatkan gaji bulanan yang besarnya 51.000 rupiah (di mana saat itu sepiring nasi plus lauk seharga sekitar 150 – 250 rupiah atawa ditambah 4000 rupiah bisa buat bayar uang semesteran). Aku tak ingat persis – pada gajian bulan yang ke berapa, aku mengajak ibu ke Pegadaian menebus semua jariknya.

Dan aku pura-pura tidak tahu, sebenarnya jarik-jarik itu cuma beberapa hari saja tinggal di rumah karena setelah itu mereka sekolah lagi di Pegadaian.

Note: Artikel Nostalgia bersama Ibu #2 ini untuk menyambut Hari Ibu tanggal 22 Desember