Ironi-insiden

Hari ini saya didapuk menjadi pembawa acara Ground Breaking. Sejatinya awalnya  saya ragu untuk memasukkan kalimat ini dalam kata pengantar sebelum acara inti. Saya tawarkan kepada pemangku hajat apakah kalimat ini bisa saya ucapkan, dan disetujui.

Selamat pagi Bapak dan Ibu tamu undangan yang terhormat. Ground Breaking Ceremony akan dimulai setelah kehadiran Kanjeng Adipati tiba di tempat acara.  Namun, sebelumnya perlu kami informasikan sebagai berikut (1) Jika Bapak dan Ibu membutuhkan rest room, kami telah menyediakan 2 (dua) unit yang berada di sebelah kiri-belakang ruangan ini, (2) Sesuai dengan peraturan keselamatan, kami telah mempersiapkan segala sesuatunya. Namun, jika terpaksa terjadi keadaan darurat, petugas kami akan memandu Bapak dan Ibu tamu undangan untuk keluar dari ruangan ini menuju tempat yang aman. Untuk itu Bapak dan Ibu agar tetap tenang dan menunggu aba-aba dari petugas kami.

Sebetulnya kalimat tersebut standar saja untuk suatu acara di lapangan yang menggunakan tenda. Namun, karena tamu yang hadir adalah VVIP saya meminta persetujuan pemangku hajat.

Di luar tenda telah disiapkan satu unit fire truck lengkap dengan petugasnya, satu unit mobil ambulance plus paramedisnya serta satu unit mobil patroli satuan pengamanan.

Acara demi acara berjalan dengan aman dan lancar. Sesuai dengan gladi resik sehari sebelumnya. Arkian, sampailah kepada puncak acara yakni pemancangan tiang pertama. Saya meminta kepada pemangku hajat untuk naik ke panggung untuk menekan tombol. Dalam hitungan mundur tombol pun ditekan, lalu terdengar bunyi sirine dan bunyi palu-raksasa menghantam kepala tiang pancang bertalu-talu. Latar belakang panggung pun pelan-pelan terbuka… maka seluruh hadirin kini dapat melihat tiang pancang pertama mulai amblas ke bumi.

Pada detik berikutnya.

Back drop panggung adalah gambar rencana proyek (digital printing) yang ditempelkan pada dua papan sangat besar.  Dengan tenaga beberapa orang, dua papan tersebut digeser ke arah kiri dan kanan (bayangkan bagaimana cara kerja pintu geser pagar rumah Anda), maka terbukalah back drop tersebut. Hadirin terkesima.

Namun, tanpa diketahui oleh banyak hadirin, back drop yang berada di sebelah saya kaitan bagian atasnya lepas dan jatuh ke arah saya, di mana saya satu-satunya orang yang ada di sana (memang di sini tempat pembawa acara berdiri). Dengan gerakan refleks saya mencoba menahan back drop besar tersebut tapi keburu menimpa kepala saya. Beberapa operator segera berlari ke arah saya dan mencoba menegakkan kembali papan tersebut. Tak sampai 60 detik papan tersebut kembali tegak.

Saya mengantarkan pada acara berikutnya, yakni paparan rencana proyek yang dipandu oleh pemangku hajat. Dalam round-down acara, saya punya waktu jeda 20 menit sebelum masuk ke acara berikutnya. Saya baru menyadari kalau ada darah segar mengalir di jidat kanan saya. Rupanya kepala saya terluka. Seorang kawan melihat luka saya dan memanggil paramedis. Dari balik x-banner/banner berdiri, luka saya diobati.

Saya kembali ke arah berdirinya alat pelantang. Saya pun (dengan sukses) mengantarkan acara Ground Breaking hingga selesai.

Inilah ironi-insiden: justru saya yang ‘menikmati’ pelayanan medis dalam keadaan darurat.