Pada suatu hari, saya melihat timbangan digital yang dilengkapi dengan skala kegemukan badan seseorang. Misalnya, jika seseorang itu beratnya X kg, maka ia dikategorikan kurus/gemuk atau ideal. Iseng-iseng saya naik di atas papan timbangan itu dan jarum timbangan segera bergeser dengan cepatnya menuju skala sekian kilogram dan jarum menunjuk kepada tulisan “kelebihan berat badan”.
Hmm… rupanya saya masuk golongan manusia bertubuh subur-makmur meskipun belum ke arah weton setu legi: setengah tuwir lemu ginuk-ginuk. Ini sih untuk menghibur diri.
Di rumah juga ada timbangan yang sewaktu-waktu dapat saya manfaatkan. Setahu saya untuk mengetahui tubuh berat badan ideal (orang dewasa) menggunakan rumus sederhana: Tinggi Badan (TB) – 100 = Berat Badan Ideal (BBI). Belakangan kawan saya yang seorang dokter memberitahu kalau rumus yang lebih tepat adalah BBI = (TB – 100) x 90%.
Terus, apakah saya melakukan sesuatu untuk menurunkan berat badan sehingga mencapai BBI? Berapa kg yang harus saya turunkan? Kalau mengacu pada rumus di atas, BBI saya mestinya 63 kg. Seandainya saya mampu mencapai angka 63 kg, setidaknya saya akan selangsing Will Smith [ia punya TB = 188 cm dan BB = 82 kg, selengkapnya baca di sini].
Hhh… sayangnya, saya kelebihan BB 16 kg sodara-sodara!
Belakangan ini saya nggak begitu disiplin lagi melakukan jogging, yang biasa saya lakukan dua hari dalam seminggu. Karena pagi sering hujan dan lokasi jogging track becek, kegiatan tersebut untuk sementara saya hentikan. Sedangkan naik sepeda sih masih saya lakukan di Sabtu atau Minggu, meskipun untuk jarak dekat.
“Lah terus piye punjulan bobot nembelas kilo kuwi bisa mudun yen sampeyan males-malesan olah-raga?” tanya Mas Will Smith pada suatu ketika.
Saya pun menjawab dengan mengendalikan makan, tetapi bukan dengan cara OCD.
“Opo kuwi?” tanya Mas Will Smith kemudian.
“Mengikuti nasihat Kanjeng Nabi, masbro. Makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Meskipun itu susah saya lakoni,” jawab saya.
“Ya..ya… saya pernah baca sebuah buku yang kira-kira isinya seperti itu. Rupanya para ilmuwan kesehatan di masa Kesultanan Ottoman menjalankan nasihat tersebut, ya. Begini, prinsip yang mereka pegang teguh mereka tidak makan sebelum betul-betul lapar”, ujar Will Smith sambil mengelus-elus kumisnya, kemudian melanjutkan, “tapi nggak juga menunda-nunda makan terlalu lama.”
Saya mencerna omongan lelaki yang lahir 25 September 1968 itu, lalu berkata, “Wah, itu cara makan yang sehat!”
“Ya, betul. Mereka meyakini nekjika nafsu makan nggak terpenuhi, perut akan berontak dan menjadi nggak sehat. Mereka harus berhenti makan sebelum kenyang dan sebelum nafsunya meminta makan terus-menerus,” papar bintang film The Pursuit of Happyness itu.
“Suwun, masbro!” saya menyalami tangannya.
“Sing baku olah-raga ojo kelalen,” katanya kalem.