Hikayat jin dan seorang lelaki pencari ikan

Ada jin terperangkap dalam botol, sejak zaman Nabi Sulaiman dulu. Botol yang tertutup rapat tersebut entah bagaimana sebabnya bisa masuk ke aliran sungai kemudian hanyut ke laut lepas.

Saban hari ia berharap dan berjanji jika sewaktu-waktu ada seseorang yang menolongnya, ia akan memberikan hadiah kepada penolongnya itu. Namun tidak ia duga, sudah ratusan tahun ia berharap tak ada seorang pun yang menemukan botol yang memenjarakannya selama ini.

Harapannya berubah menjadi ancaman yang menakutkan.

Barangsiapa menolongnya ia akan segera membunuh orang yang menolongnya itu. Ia sudah demikian putus asa.

***

Paijo – sebut saja begitu nama lelaki pencari ikan di laut – seorang lelaki yang dianggap aneh oleh para tetangga dan orang-orang yang mengenalnya. Dianggap aneh karena ia berjalan dengan cara mundur, bukan maju seperti orang kebanyakan.

Bukan tanpa alasan ia berjalan mundur. Ia sedang protes kepada Tuhan Sang Maha Pencipta.

Arkian, beberapa bulan yang lalu Paijo kehilangan tiga orang yang sangat dicintainya dalam waktu berdekatan saja. Pada hari Minggu, anak perempuannya bermain-main di dapur. Karena terpeleset, anak itu masuk ke dalam kuali yang sedang berada di tungku yang di dalamnya air mendidih.

Anak itu meraung keras, terdengar oleh istri Paijo yang sedang menyapu di halaman depan. Lekas ia menyelamatkan anak perempuannya, dan membopongnya keluar rumah sambil berteriak minta pertolongan para tetangganya.

Sepi. Entah pada ke mana para tetangga pada hari nahas itu.

Ia berlari membawa anak perempuannya menuju klinik terdekat. Anak yang baru berusia tiga tahun itu diam membisu. Wajahnya melepuh, bahkan sampai di bagian perutnya.  Ia terus berlari, tak memperdulikan orang-orang bertanya ada apa dengan anak perempuannya. Bahkan ia tak mendengar ketika seseorang berteriak nyaring memperingatkan ada mobil yang melaju kencang.

Ibu-anak yang malang, tertabrak oleh mobil yang melaju kencang. Ibu tewas di tempat, sementara si anak masih bernafas dibawa ke klinik terdekat. Hari Selasa-nya, nyawa si anak tiada tertolong oleh dokter yang merawatnya.

Pada hari Jumat-nya, ibu kandung Paijo menyusul ke alam baka. Jantungnya tak kuat menahan derita atas kematian menantu dan cucu kesayangannya.

Itulah alasan mengapa Paijo berjalan mundur.

***

Paijo menebarkan jala di pantai dekat desanya. Bukan ikan yang ia dapat, tetapi sebuah botol yang tersumbat rapat. Ia penasaran, lalu dicabutnya sumbat botol tersebut.

Keluar asap tebal, dan berubah menjadi makhluk yang mengerikan. Paijo terkejut bukan kepalang. Namun, ia segera menguasai keadaan.

“Sebelum membunuhmu, aku berbaik hati kepadamu. Sebutkan tiga permintaan aku akan mengabulkan!”

“Aku minta jalaku penuh dengan ikan.”

“Mudah bagiku.”

“Angkat ikan-ikan itu ke dalam keranjang yang telah aku sediakan!”

“Mudah bagiku. Lalu, apa permintaanmu yang terakhir?”

Paijo memungut ikan yang ukurannya sangat kecil. Lalu ia tunjukkan kepada jin yang tak sabar ingin membunuhnya.

“Kalau betul kamu jin yang sakti, bisakah tubuhmu seukuran lebih kecil dari ikan ini?”

“Mudah bagiku.”

Maka secepat kilat ia raih tubuh jin yang sangat kecil itu, kemudian ia masukkan ke botol dan menutup rapat-rapat. Lalu Paijo membuang botol itu kembali ke laut lepas. Jin meraung sangat keras.

Paijo segera pulang ke rumah sambil bersiul riang. Kali ini ia tidak berjalan mundur. Ia merasa Tuhan sangat sayang kepadanya, sebab nyawa satu-satunya yang ia miliki masih bertengger di dalam jantungnya.