Gita Cinta-Rangga Dari SMA

Dalam sejarah perfilman Indonesia, ada dua film kategori remaja yang menyedot banyak perhatian penonton yakni Gita Cinta Dari SMA (GCDS) dan Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Jika diukur dengan periode umur saya, kedua film tersebut salah mangsa (salah waktu). Kok bisa?

Film GCDS yang dibintangi oleh Rano Karno dan Yessy Gusman tersebut diproduksi tahun 1979. Pada tahun 1979 saya masih kelas 5 SD, usia yang masih piyik untuk memahami kisah cinta remaja usia SMA. Kelak, saya akan menyaksikan GCDS saat diputar di TVRI beberapa tahun setelah film tersebut booming, sehingga terkesan menyaksikan film jadul.

Pada tahun 2002 lahir sebuah film remaja-romantis karya Rudi Soedjarwo yang dibintangi Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo, judulnya AADC. Lagi-lagi salah mangsa, sebab pada tahun tersebut, jelas sekali saya ndak remaja lagi. Sudah tuwir.

Apa saya tetap nonton AADC? Iya. Penasaran sih. Saya ndak ikutan berdesakan antri tiket di bioskop, tetapi dengan sabar menunggu film AADC di-VCD-kan.

Empat belas tahun kemudian, keluar film AADC-2. Sebuah film yang ditunggu dan diminati jutaan penonton Indonesia. Apa saya penasaran dengan AADC-2? Mulanya tidak, sih.

Dari Jogja Kika melakukan ‘provokasi’ ada beberapa scene di AADC-2 yang perlu ditonton, seperti: mBak Cinta ngebut mengendarai OS Putih, Gereja ‘Ayam’ di Magelang, Paper Moon Puppet, Klinik Kopi Pepeng dan RM Bu Ageng. Ah, paling-paling mirip adegan di FTV, batin saya.

Bagaimana mBak Cinta ngebut mengendarai Kyai Garuda Seta, lumayan bikin penasaran. Cerita Gereja ‘Ayam’ pertama kali saya membaca di Blog mBak Prih dalam serial Punthuk Setumbu: Griya Merpati di Bukit Rhema Bagian Pesona Saujana Sunrise, terbayang bagaimana kalau jadi setting film. Apa itu Paper Moon Puppet, atau Klinik Kopi Pepeng, tak ada bayangan sama sekali. Ke RM Bu Ageng, pernah sekali deh makan Nasi Campur di sana.

Akhirnya, tadi siang ada dua orang generasi salah mangsa nonton AADC-2, yakni Lila, yang saat AADC-1 tengah moncer ia masih berusia dua tahun dan saya yang sudah semakin tuwir duduk termangu di depan layar lebar menyaksikan gita Cinta-Rangga yang tidak SMA lagi.