Gelar

Saya selalu mengeluh dengan lembaran borang yang harus saya isi, entah itu borang yang disediakan oleh lembaga keuangan atau apa pun. Pada kolom nama, jumlah kotaknya kurang banyak. Sebab saya harus menuliskan nama lengkap saya beserta gelar atau titel yang saya miliki:  Drs. H. Agoes Soekarno Soerjatmodjo, JPEG, MP3, Zip. Ada berapa karakter?

Coba Anda lihat di KTP saya, semua itu tertulis sangat lengkap. Bahkan pak RT pernah saya tegur ketika ia lupa mencantumkan salah satu gelar atau titel saya di kartu keluarga. Gelar dan titel bagi saya adalah lambang status sosial. Semakin banyak menyandang gelar dan titel akan semakin tinggi derajat orang tersebut.

Tahun lalu, ketika ramai-ramainya orang mencalonkan diri menjadi legislator saya pun ikut serta. Pada masa kampanye foto diri beserta gelar dan titel yang saya miliki saya cantumkan di alat peraga kampanye seperti spanduk dan baliho yang saya letakkan di sudut-sudut kota dan desa. Ada rasa bangga yang tidak dapat dilukiskan dengan kata dan kalimat ketika saya menatap foto diri dengan sungging senyuman dan membaca kalimat Drs. H. Agoes Soekarno Soerjatmodjo, JPEG, MP3, Zip. siap bekerja untuk rakyat.

Arkian, saya pun dilantik menjadi anggota dewan yang terhormat.  Tentu saja saya semakin bangga dengan kedudukan jabatan saya. Memang benar, di negeri ini mempunyai gelar dan titel yang berderet-deret lebih mudah untuk menempatkan diri di posisi yang kita suka. Hmm, betapa merdunya suara pembawa acara ketika menyebut nama lengkap saya: Kepada yang kami hormati Bapak Drs. H. Agoes Soekarno Soerjatmodjo, JPEG, MP3, Zip. Ketua Komisi Y  bla…bla…bla...

***

Terus terang, saat ini saya tengah panas-dingin tersebab adanya berita yang beredar kalau banyak pejabat yang mendapatkan gelar dan titel dengan cara membeli grosiran pada universitas yang berkedudukan di Ruko Pusat Perbelanjaan Ibu Kota.

Gelar dan titel yang menempel di depan dan belakang nama saya semuanya palsu belaka.