Cak Kandar wajahnya mbesengut. Ia tutup laptopnya dengan kasar dan suaranya mengagetkan Mas Suryat yang sedang duduk di sebelahnya. Mas Suryat berdiri dan menghampiri Cak Kandar yang sedang dheleg-dheleg di kursinya.
“Yak apa? Target bulan ini nggak tercapai lagi?” tanya Mas Suryat hati-hati.
Cak Kandar yang ditanya masih diam. Mas Suryat sedakep sambil memandangi koleganya itu.
“Bukan mas. Hatiku lagi galau nih!” sahut Cak Kandar. “Bukan perkara pekerjaan. Ada yang lebih berat!”
“Hah… ada berita mau kiamat lagi kah?” canda Mas Suryat.
“Aku lagi dilanda cemburu mas!” kata Cak Kandar, lugas.
“Ha..ha..ha…!” tanpa sadar Mas Suryat tertawa.
“Ojo ngguyu sik. Iki serius!” tukas Cak Kandar.
Akhirnya Cak Kandar menceritakan permasalahannya kepada Mas Suryat. Memang, hanya kepada Mas Suryat-lah ia dapat leluasa bercurhat ria.
“Coba mas Suryat bayangkan. Apa aku nggak cemburu coba. Mantan pacarku memasang foto mesranya dengan suaminya di fesbuknya. Terus kalimat-kalimat di bawahnya itu loh yang bikin neg, nggak tahan. Jian hidup ini nggak adil. Dia kini hidup bahagia dengan pasangannya sementara aku congkrah terus dengan istriku!” papar Cak Kandar.
“Haiyo nggak apa-apa toh Cak. Wong mesra sama bojonya sendiri, siapa yang bisa melarang? Bisa-bisa melanggar HAM kalau kita usil dengan kemesraan mereka!” tegas Mas Suryat.
“Ah embuh. Aku lihat fesbuk suaminya juga begitu. Tapi, apa benar sih dia kini hidup bahagia dengan pasangannya?” tanya Cak Kandar ragu.
“Wis ta, ora usah digagas. Nih tak kasih tahu. Beberapa waktu lalu aku baca sebuah artikel tentang hasil riset yang dilakukan oleh sosiolog Hui-Tzu Grace Chou dan Nicholas Edge dari Utah Valley University AS. Dua periset itu mewancarai 425 responden soal penggunaan fesbuk dan tingkat kebahagiaannya,” papar Mas Suryat.
“Terus, hasilnya pripun mas?” tanya Cak Kandar.
“Begini, melalui febuk pengguna dapat saling tahu kehidupan teman online-nya, termasuk teman lama atawa bahkan seperti sampeyan, bertemu dengan mantan pacar. Hasil riset mengatakan bahwa terlalu banyak dan seringnya berfesbuk lalu melihat profil orang lain ternyata bisa memicu perasaan sedih sekaligus iri bin cemburu!” kata Mas Suryat.
“Kok bisa sih?” sahut Cak Kandar.
“Beberapa pengguna berat fesbuk berpotensi sedih atawa iri atawa cemburu karena ia meyakini bahwa pengguna fesbuk yang lain tampak bahagia, terutama dari foto-foto yang dipajangnya di halaman fesbuk!” tutur Mas Suryat kemudian.
“Iya sih. Di fesbuk memang banyak yang berlomba memposting foto-foto dengan nuansa bahagia plus diberikan kalimat-kalimat yang bernada koyo yak-yak’o dhewe!” kata cak Kandar.
“Nah terbukti kan. Sampeyan nyatanya bersedih eh… cemburu toh melihat foto-foto yang dipajang di sana. Sampeyan menganggap kalau kehidupan mereka sempurna. Wis ta Cak, hidup itu pada hakekatnya mung sawang-sinawang!” Mas Suryat mencoba memberikan pendapatnya.
Lalu Mas Suryat memaparkan apa itu arti mung sawang-sinawang. “Apa yang kita lihat atawa nilai kepada orang lain, belum tentu sesuai dengan persepsi yang kita bangun. Kita sering menganggap mereka senang karena punya uang banyak, padahal dalam kenyataan bisa sebaliknya. Dalam kasus fesbuk tadi, sampeyan cenderung membandingkan foto-foto bahagia mantan pacar dengan kehidupan sampeyan sendiri. Terus, bisa juga mantan pacar sampeyan itu menganggap sampeyan berbahagia dengan bojo, dengan melihat foto-foto sampeyan di fesbuk. Makanya timbul rasa kecewa karena kehidupan tampaknya tidak adil”.
Cak Kandar diam. Matanya menerawang. Mungkin sedang membayangkan kisah kasih dengan mantan pacarnya itu.
“Jelasnya pripun, mas?” tanya Cak Kandar.
“Kembali kepada kegalauan sampeyan. Mestinya sampeyan mendoakan saja, mudah-mudahan foto mesra yang ia tampilkan benar-benar kenyataan yang ada di kehidupannya. Toh, kita nggak akan pernah tahu isi hatinya kan? Kalau sampeyan congkrah terus dengan bojo, ya… berdoa semoga kemesraan mantan pacar sampeyan nular kepada sampeyan dan bojo. Beres kan?” kata Mas Suryat.
“Ah, omongan sampeyan empuk tenan mas. Lah iya, wong sampeyan nggak merasakan apa yang sekarang tak alami,” kata Cak Kandar sengol.
“Ha..ha..ha.. tutup saja akun fesbuk sampeyan, wis rak beres toh?” usul Mas Suryat.
Cak Kandar bimbang. Namun, usulan Mas Suryat sepertinya masuk akal.