Filosofi Gombal

Gombal itu kain lap yang berasal dari pakaian bekas, bisa baju, kaos, celana dalam, atau sarung. Setiap orang membutuhkan sebuah gombal. Maka tidak heran, peran gombal di dalam kehidupan manusia beradab sungguh besar. Tengoklah di bawah jok sepeda motor Anda, di sana ada gombal yang tiap pagi selalu dipakai untuk mengelap motor. Atau di pojok dapur, akan ditemui banyak gombal karena di tempat ini perlu banyak gombal untuk membersihkannya. Lalu, di atas rak sepatu. Ada sepotong gombal untuk melicinkan sepatu setelah diolesi semir. Dan masih banyak tempat lagi yang memerlukan peran gombal.

Meskipun jasanya banyak sekali, nilai gombal akan turun drastis bahkan berkonotasi negatif jika dia masuk dalam sebuah kalimat atau frase kata.

Cowok : aduh…hari ini kamu cantik sekali, sayang!
Cewek : gombal…. (Meskipun mengatakan gombal, si cewek senang bukan main mendapatkan pujian itu, yang pasti bukan secantik gombal kan?)

CalegĀ  : Pilihlah saya, harga sembako akan turun, rakyat makmur
Rakyat : Ah..itu sih janji-janji gombal… (caleg = gombal?)

Mahasiswa 1 : kamu tidak lulus ujian karena nilaimu E
Mahasiswa 2 : gombal amoh (jw : sobek di sana-sini), dasar dosen sentimen padaku! (Kasihan si gombal, sudah buruk rupa masih ditambahi kata amoh)

Ada satu umpatan jawa bernada satire yang menggunakan kata gombal, biasanya untuk membodohkan diri sendiri : gombale mukiyo! (gombalnya Mukiyo, tuh kan bawa-bawa nama Mas Mukiyo segala).