Dwi-wicara Hanoman dan Rahwana (2)

Bathara Narada menghampiriku kemudian memeluk tubuhku sangat erat.

Ealah ngger… ngger.. jangan kau penggal kepalamu yang terakhir ini. Apa sih yang menjadi keinginanmu, Rahwana?” bujuk Narada.

“Aku mau istri yang cantik. Kalau nggak dikasih, akan aku obrak-abrik jagad ini!” teriakku.

Gojleng… gojleng… ya… ya… ntar aku bilang ke para dewa untuk memberimu istri yang cantik dan semlohai. Catat ya, namanya Widowati!” kata Bathara Narada.

Setelah berkata demikian, Bathara Narada kembali ke kahyangan, sementara aku kembali ke Alengka.

~oOo~

“Sebetulnya aku sudah beristri. Nama istriku Dewi Tari. Ia masih satu saudara dengan istrinya Subali. Saban malam aku semedi menunggu janji para dewa. Hingga aku mendapatkan wisik, kalau Sinta itu titisan Widowati bidadari kahyangan yang disiapkan menjadi istriku,” kata Rahwana.

Hanoman mengerutkan jidatnya.

“Tak salah bukan, kalau aku mengambil Sinta dari sisi Rama? Karena Sinta adalah istri yang dijanjikan Narada dulu,” kata Rahwana.

Hanoman tak bisa menjawab pertanyaan Rahwana.

~oOo~

Inilah kisah kelahiran Sinta, yang Rahwana tiada mengetahuinya.

Arkian, Dewi Tari berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan jabang bayi di biliknya. Rahwana sedang berada di balairung istana memimpin rapat. Dukun bayi memberi aba-aba kepada Dewi Tari untuk mengatur nafas…. pelan… lalu terdengar tangis jabang bayi perempuan yang keluar dari rahim ibunya. Salah satu prajurit diminta menghadap Rahwana, mengabarkan kalau anaknya telah lahir.

Wibisana, adik Rahwana yang berujud manusia itu sedang lewat bilik tempat Dewi Tari melahirkan. Karena ia manusia yang waskita, ia melihat sekelebat bayangan putih masuk ke dalam bilik. Wibisana terkejut, ia menyaksikan Widowati tengah menitis ke jabang bayi. Wibisana tanggap sasmita, segera mengambil tindakan. Ia tak ingin kakaknya tahu kalau Widowati menitis ke anaknya, bisa-bisa Rahwana mengawini anaknya sendiri.

Tapi mungkinkah Rahwana mengawini anaknya sendiri? Bisa saja, karena selama ini Rahwana selalu mencari siapa titisan Widowati. Dengan sifat raksasanya, bisa jadi Rahwana akan mengawini anak perempuannya.

Wibisana bersemedi sejenak, minta petunjuk dewata. Ia kemudian menatap langit, dilihatnya ada sekumpulan mega. Dengan restu dewa, ia menyihir mega tersebut menjadi bayi laki-laki. Wibisana menyelinap ke dalam bilik untuk menukar jabang bayi.

Rahwana dengan langkah cepat menuju bilik Dewi Tari. Wajahnya sumringah ketika melihat bayi laki-laki di samping istrinya. Ia angkat tubuh jabang bayi itu dan berkata, “Kini Alengka telah mempunyai putra mahkota. Aku namakan anak ini Indrajit!” Kelak, Indrajit mempunyai nama lain yakni Megananda, anak yang tercipta dari mega.

Sementara itu, dengan mengendap Wibisana membawa bayi perempuan yang terlahir dari rahim Dewi Tari menuju tepi sungai. Bayi yang masih merah itu ia larungkan, mengikuti arus sungai. Kelak, bayi cantik nan jelita itu ditemukan oleh seorang petani lalu dilaporkan kepada Prabu Arjuna Sasrabahu – Raja Mantili. Oleh sang Prabu, ia dinamakan Sinta.

Sesungguhnya, Rahwana nggak tahu kalau Sinta itu anak kandungnya sendiri.