Duryudana terbelit Skandal MA-60

Balairung Hastina dipenuhi oleh pejabat negara yang pagi itu siap melaksanakan sidang kabinet yang mendadak digelar oleh Duryudana, Raja Hastina. Agenda tunggal sidang kabinet kali ini perkara jatuhnya satu burungbesi milik maskapai penerbangan Emprit Airlines di perairan bagian utara Hastina. Media massa semingguan ini memberitakan penyebab jatuhnya burungbesi tipe MA-60 itu. Olok-olok media terhadap tipe tersebut adalah MA=Masuk Angin, sedangkan 60 bisa diartikan 60 bulan [bukan 60 tahun]. Artinya, setelah masuk angin dalam tempo  60 bulan akan sekarat.

Aroma kolusi mewarnai pembelian burungbesi tipe MA-60. PT Emprit Airlines yang mayoritas sahamnya dikuasi oleh Kerajaan Hastina tentu saja harus dapat mempertanggungjawabkan atas pembelian 13 burungbesi tipe tersebut. Duryudana segera membuka sidang kabinet.

“Saya sungguh kecewa dengan para tumenggung yang asal njeplak saja di media. Ini menyangkut reputasi pemerintahan di bawah Duryudana. Kalian, para tumenggung mestinya dapat menjelaskan dengan gamblang dan rinci, bagaimana pengadaan burungbesi tersebut hingga dimiliki oleh PT Emprit Airlines. Rakyat jangan dibuat bingung oleh pernyataan para tumenggung. Rakyat sudah mulai jengah dengan kelakukan pejabat Hastina. Bayangkan, karena keteledoran kita, puluhan nyawa melayang sia-sia. Apa yang bisa kamu laporkan, Son?”

Dursasana kaget medapatkan pertanyaan mendadak dari kakaknya. Ia yang sedang asyik main tetris dari peralatan canggih layar sentuh miliknya menjadi gelagapan. Sebagai tumenggung senior ia segera menguasi keadaan.

“Eh, saya akan bacakan laporan audit dari Katumenggungan yang saya pimpin. Lima tahun lalu PT Emprit Airlines menyampaikan permohonan persetujuan business plan kepada Tumenggung Urusan Usaha Hastina  untuk ditindaklanjuti dan diteruskan ke Tumenggung Perkara Uang, dengan memanfaatkan fasilitas concessional loan dari Kerajaan Cinapura untuk pengadaan 13 unit MA-60. Wah… pokoknya setelah itu, 13 unit MA-60 dikirim ke Hastina.”

“Apa benar Son, pesawat-pesawat tersebut tanpa dilengkapi sertifikat dari Federal Aviation Adminstration?”

“Ah, kalau masalah itu saya nggak begitu paham. Kakang Prabu bisa bertanya kepada Durmagati sebagai Tumenggung Urusan Perjalanan!”

Duryudana geram. Dursasana yang harusnya mengetahui secara detil urusan pembelian burungbesi tersebut malah melemparkan tanggung jawab kepada saudara Kurawa yang lain. Ia sangat kuatir dengan bisik-bisik yang ia dengar kalau parlemen Hastina akan membentuk Pansus untuk menyelidiki skandal MA-60. Ia pantas kuatir, akibat tingkah polah bawahannya ia akan terbawa-bawa dalam skandal pembelian MA-60, dan gagallah misinya untuk menyerang Kerajaan Wirata.

~oOo~

Sementara sidang kabinet masih berlangsung, nun di taman keputren Hastina terjadi pembicaraan yang tak kalah seriusnya. Sama-sama perkara pembelian burungbesi tipe MA-60 itu. Lady Banowati – Permaisuri Duryudana, sedang takzim mendengarkan uraian Dursilawati – iparnya, salah satu adik Duryudana, yang kini menjabat sebagai Tumenggung Perkara Jual-Beli.

“Itulah mbak, kenapa suamiku terlibat dalam pembelian burungbesi MA-60. Pertama, ia mempunyai hubungan baik dengan pemerintahan Kerajaan Cinapura. Kedua, ia ingin menolong perusahaan yang memproduksi burungbesi MA-60. Kasihan perusahaan itu, tidak ada negara yang mau membeli burungbesi produksinya. Sekedar bantu-bantu promosi. Nah, dari jual-beli iti suamiku mendapatkan success fee berkisar 25% dari total harga burungbesi.”

“Wah… kamu makin kaya dong, Tik?”

“Tidak juga. 25% itu terbagi rata untuk para tumenggung yang terlibat di pembelian burungbesi.”

“Setahu kamu, Kangmas Duryudana kecipratan nggak?”

~oOo~

Sidang kabinet semakin tidak jelas jluntrungannya. Duryudana menyalakan mic di depannya dan berbicara lantang kepada semua bawahannya.

Wis, pokoke saya tetap minta penjelasan dari para tumenggung yang terkait soal kronologis jatuhnya burungbesi MA-60 milik Emprit Airlines yang jatuh di perairan utara Hastina. Laporan dan penjelasan harus lengkap, menyangkut proses dan hasil investigasi hingga akhir. Jangan lupa soal pengadaan burungbesi buatan Cinapura itu yang kini jadi kontroversi di berbagai kalangan. Nanti, informasi itu akan diteruskan ke masyarakat. Hal ini penting supaya supaya masyarakat mengerti. Tidak perlu saling menuding, saling menyalahkan. Lakukan inspeksi lebih detil terhadap semua burungbesi yang dimiliki Emprit Airlines. Juga berikan  santunan asuransi baik kepada para penumpang maupun para kru burungbesi yang jatuh kemarin. Saya tunggu laporan kalian 2 X 24 jam. Sudah, sekarang bubar!”

Duryudana mengetuk mejanya tiga kali dan mematikan mic di depannya. Dengan buru-buru ia memasuki istananya. Ia ingin menemui Banowati, untuk minta bantuan istrinya itu untuk menguraikan berbagai benang kusut di fikirannya.