Duryodana gamang

Sekarang ini tahun kesembilan bagi Duryodana berkuasa di Hastinapura semenjak ayahnya memberikan takhta kepadanya. Jika dibandingkan dengan pemerintahan di zaman Prabu Destarastra dulu, kemajuan Hastinapura seperti jalannya siput. Sangat lambat.

Prabu Destarastra yang buta itu dalam memerintah didampingi oleh dua lelaki tangguh yang banyak merangkap jabatan, yakni sebagai mahapatih, panglima perang, penasihat pribadi dan sebagainya. Dua lelaki tangguh itu Jenderal Kripa dan Jenderal Drona. Keduanya kini bermain di belakang layar saja, sebab Duryodana lebih percaya kepada patih kesayangannya Sengkuni. Siapa pun tahu, kalau Sengkuni itu penjilat sejati dan konyolnya Duryodana tidak memperdulikan pendapat orang lain mengenai tingkah laku Sengkuni. Pokoknya mah, Sengkuni sempurna di matanya.

Sebagai raja Hastinapura, Duryodana kondang sebagai raja yang peragu. Meskipun dalam beberapa kesempatan Sengkuni mengatakan di hadapan rakyat kalau Prabu Duryodana seorang yang hati-hati dalam mengambil keputusan. Bukan peragu, apalagi raja yang tiada bernyali dalam menentukan kebijakan publik. Hal ini mestinya bisa dimaklumi sebab ia dikelilingi oleh kroni-kroni atawa kerabat terdekatnya.

Dua lelaki tangguh yang disebutkan di muka tak bisa berbuat banyak, karena Sengkuni dengan jaringannya membatasi gerak-gerik Kripa dan Drona.

Belakangan ini Duryodana terlihat sangat emosional. Perkataannya tak terkontrol. Ia sering curhat melalui corong media. Sebuah ocehan curhat yang sangat menggelikan, misalnya bagaimana ia telah bekerja siang malam memikirkan Hastinapura bahkan sehari cuma tidur tiga jam. Ia juga curhat mengenai ia dan keluarganya sering difitnah, namun ia lebih baik diam.

Kegalauan hatinya makin menjadi-jadi ketika Durmogati – adik sekaligus bendahara kerajaan, melaporkan kalau sudah terjadi definit neraca keuangan kerajaan. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan keuangan kerajaan dengan menaikkan harga jengkol dan mengurangi subsidinya.

Sengkuni segera tanggap akan kegelisahan yang dirasakan junjungannya itu. Segera ia berkasak-kusuk menyebarkan kabar kalau harga jengkol perlu dinaikkan. Ia perlu mengetes reaksi publik terhadap rencana kenaikan harga jengkol tersebut. Dan benar saja, suara rakyat terbelah. Ada yang setuju harga jengkol naik dan protes dan ada pula yang cuek.

Kondisi yang tidak pasti telah membuat sedikit guncangan di sektor perekonomian Hastinapura. Harga-harga kebutuhan pokok mulai merangkak naik, bahkan beberapa di antaranya tak terbeli oleh rakyat kebanyakan. Maklum, makanan pokok rakyat Hastinapura harus mengandung kadar jengkol di atas lima puluh persen. Di mana-mana diperbincangkan skenario kenaikan harga jengkol. Berapa harga yang pantas untuk sekilo jengkol dan berapa besar pengalihan subsidi yang nanti diterima rakyat secara tunai. Semua masih wacana dan tidak ada kepastian kapan harga jengkol yang baru ditetapkan oleh penguasa Hastinapura.

Semuanya paham. Semua itu akibat kegamangan Duryodana menentukan sikap: apakah dengan menaikkan harga jengkol pamorku sebagai raja Hastinapura bakalan redup?

Sengkuni punya jawaban. Ia segera menggelar konferensi pers.

Ratusan wartawan, baik dari media cetak maupun televisi telah berkerumun di pendapa kepatihan. Mereka berharap Sengkuni segera mengumumkan harga jengkol yang baru sehingga semua polemik yang beredar saat ini selesai dan rakyat hidup tenang kembali. Sengkuni yang ditunggu tak juga keluar dari ruang kerja. Wartawan gelisah dalam hitungan jam.

Hati mereka menjadi sangat lega ketika Sengkuni keluar dengan wajah sumringah. Para wartawan mulai mempersiapkan diri. Bahkan beberapa stasiun televisi berniat menyiarkan secara langsung pengumuman yang akan disampaikan Patih Sengkuni. Semua terdiam ketika Sengkuni mulai menyentuh pelantang suara.

“Saudara-saudara sebangsa dan setanah air Hastinapura. Sebelumnya saya sampaikan salam hangat Prabu Duryodana bagi rakyat Hastinapura. Saya akan menyampaikan sebuah pengumuman penting, bahwa ….”

Ketika sampai di kalimat ini, semua orang yang mendengar perkataan Sengkuni menahan nafas menunggu kelanjutannya.

“Dalam waktu dekat ini…. sang Prabu Duryodana bakalan mempunyai akun fesbuk!”

Bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelip katon lir gincangingalir risang maweh gandrung sabarang kadulu donya wukir monyag-manyig… dok…dok…dok….

Joko Sembung bawa golok!