Drama dua babak: Romlah dan Romli

Babak 1:

Cinta itu harus memiliki. Prinsip ini yang benar-benar dipegang teguh oleh Romli dalam memperjuangkan cintanya. Ia begitu mencintai Romlah, gadis tetangga sebelah. Sudah sepuluh hari ini ia mencari Romlah. Kabar sudah ia kirimkan, namun hingga kini tiada satu pun jawaban datang kepadanya. Ia berharap Romlah menitipkan rindunya lewat hujan atawa angin yang saban malam setia menemani Romli menunggu kabar dari kekasih tambatan hatinya itu.

Romli tak ingin membunuh rindu meskipun selalu menyiksanya. Ia ingat betul ketika pertama kali ia menyatakan cintanya kepada Romlah. Ia memerlukan waktu hampir tujuh purnama, untuk meyakinkan diri kalau hati Romlah telah terbuka untuknya.

Pada suatu malam minggu ia niatkan hati berbicara kepada Romlah, dengan menyiapkan diri sebagai seorang ksatria yang akan melamar seorang puteri kerajaan. Romli menghunus pedang cinta, kemudian memekikkan asmara. Pedang cinta pun menghunjam ke jantung Romlah.

Sejak saat itu mereka terikat dalam cinta kasih asmara.

Namun, sekarang ini ke mana ia harus mencari Romlah?

Babak 2:

Romlah bergegas bersembunyi, ketika sekilas ia melihat Romli memergokinya. Tak mau bertindak sia-sia, Romli segera mengejar Romlah dan mencengkeram lengan kekasihnya itu. Romlah tertunduk. Ia menghitung dedaunan kering yang berserakan di dekat kakinya. Ia tak kuasa menatap mata Romli.

Romlah menggerakkan jemari kakinya supaya menyentuh selembar daun. Romli menyentuh dagu Romlah dan mengangkatnya. Ia pandang lekat-lekat wajah sendu Romlah.

“Romlah sayang, kau ke mana saja? Sepanjang perjalanan cintamu kau bilang aku yang paling tangguh. Tapi mengapa kau tinggalkan aku dengan alasan yang tak jelas? Apa aku pernah mengeluh? Apa aku pernah berlari, saat kau ada masalah? Apa aku pernah membual? Apa aku tak mengimbangimu? Sayang kau menilaiku salah!” kata Romli dengan kedua tangannya tak lepas dari bahu Romlah yang ringkih.

“Kita putus saja!” teriak Romlah.

“Tidak, bisa. Kita masih saling mencinta!” pekik Romli.

Keduanya berpelukan. Romlah menumpahkan air mata di dada Romli. Hanya sebentar, setelah itu Romlah melepaskan diri dari pelukan Romli.

Berlari.

Terjatuh.

Tertabrak becak.

Babak belur.

Note:
Kalimat yang dicetak miring itu telak-telak mengutip lirik lagu Salah milik Lobow.