Dongeng dari Istana Bawah Tanah

Di tengah hutan, seorang penebang kayu berjalan sambil matanya melihat-lihat ketinggian pohon, memilah pohon mana yang akan ditebangnya. Kaki penebang kayu itu terantuk sebuah besi, dan membuatnya jatuh dan mengerang kesakitan karena kaki kirinya terjepit besi ini. Dia sibakkan daun-daun kering yang menutupi besi tersebut. Dia terkejut, dia menemukan kayu, mirip pintu ruang bawah tanah. Rupanya, kakinya tadi terantuk besi pegangan pintu.

Dia penasaran ingin membuka pintu bawah tanah tersebut, barangkali di bawah sana tersimpan harta karun, begitu pikirnya. Dia menghancurkan gembok pintu dengan kapaknya. Pelan-pelan dia buka pintu, ada tangga turun di sana. Dengan hati-hati dia mulai turun, ruangan semakin gelap. Tetapi tidak lama, dia segera menemukan cahaya yang terang benderang.

“Sebuah istana! Tetapi kenapa sangat sepi begini?” gumamnya. Matanya menyapu seluruh ruangan. Dia beranikan diri untuk masuk lebih dalam lagi. Masih sepi.

“Siapa di sana?” Terdengar suara seorang perempuan dari balik kamar. Tidak lama kemudian dia keluar, dan betapa kagetnya ketika melihat seorang penebang kayu.

Penebang kayu terkesima oleh kecantikan perempuan yang menemuinya. Selalu saja terjadi peristiwa jatuh cinta pada pandangan pertama. Apakah perempuan itu juga merasakan hal yang sama?

Dan penebang kayu menceritakan kenapa dia bisa masuk ke istana bawah tanah.

“Putri, engkaukah pemilik istana yang indah ini? Mengapa engkau sendirian saja, aku lihat tidak ada satu pun penghuni istana ini?” tanya penebang kayu.

Amboi, rupanya perempuan itu pun terpikat pada pandangan pertama tadi. Cinta yang belum teruji, harus diwaspadai!

“Namaku Mawar. Sebelas tahun lalu, ketika di hari pernikahanku aku diculik oleh jin penguasa hutan ini, dibawa ke istana bawah tanah dan dijadikan istrinya. Sampai sekarang. Setiap hari aku berdoa, menunggu pertolongan tiba untuk mengeluarkanku dari istana ini. Rupanya kamu adalah jawaban doaku. Jin mengunjungiku sepuluh hari sekali, tetapi jika aku membutuhkan dia sewaktu-waktu aku bisa memanggilnya dengan menggosok guci ini” Putri Mawar dengan kepercayaan penuh kepada penebang kayu, menceritakan kisah hidupnya dengan menunjuk guci di sampingnya.

“Segera bawalah aku keluar dari istana bawah tanah ini, dewa penolongku. Sebelum jin mengunjungi istana ini”, kata Putri Mawar sambil menarik tangan penebang kayu.

Olala, sentuhan tangan sang putri telah menggetarkan dada penebang kayu. Lembut, tapi mendidihkan aliran darah.

“Tunggu putri, masih berapa hari lagi jin datang ke tempat ini?” tanya penebang kayu.

“Masih lima hari lagi” jawab Putri Mawar singkat.

“Kita masih punya waktu”, kata penebang kayu sambil mengajak Putri Mawar duduk. Maka, yang harus terjadi memang terjadilah. Dua asmara yang membara menyatu dalam api cinta, panasnya semakin berkobar membumbung ke angkasa. Lima hari, ternyata waktu yang sangat pendek. Cinta yang menggelora telah melupakan segalanya.

Pintu didobrak oleh jin yang baru datang kembali ke istananya. Putri Mawar dan penebang kayu kaget luar biasa. Jin meloloskan pedang dari warangkanya. Penebang kayu gugup, mengambil langkah seribu, melarikan diri.

Putri Mawar meringkuk di sudut pembaringan, menggigil ketakutan melihat mata jin yang merah karena murka. Panas dada si Jin, telah dikhianati istrinya. Sekali tebas, kepala Mawar terlepas dari tubuhnya. Jin masih kalap, berteriak memanggil penebang kayu, si lelaki keparat. Hanya terdengar gema suaranya sendiri. Penebang kayu pergi entah ke mana.

Dengan berbekal terompah dan kapak milik penebang kayu yang tertinggal di istananya, jin bertekat mencari penebang kayu. Dia bertanya ke semua orang yang ditemuinya apakah kenal dengan terompah dan kapak yang dibawanya.

Memang sudah menjadi takdir penebang kayu, dia dipertemukan dengan jin yang kalap itu. Cara jin membunuh si penebang kayu, lebih kejam dari pada yang dilakukan kepada Putri Mawar.

Tragis.