Di tengah penantian saya pada novel ketiga Majapahit karangan Elkaha (Langit Kresna Hariadi), terbit sebuah novel tebal Elkaha yang diberi judul Teror. Cover buku ini saja sudah meneror saya, sebab ukuran huruf nama sang pengarang jauh lebih besar daripada judul bukunya, ditambah embel-embel tulisan Penulis novel best seller Gajah Mada.
Cover Teror mengingatkan saya pada novel Elkaha sebelumnya yang berjudul Selingkuh. Maksudnya, ukuran huruf sang pengarang lebih ditonjolkan. Selingkuh diterbitkan juga oleh Penerbit Narasi (2013) yang sampai saat ini belum saya baca, masih sekedar untuk koleksi belaka bahwa saya juga punya novel Elkaha bergenre bukan sastra sejarah. Novel yang di masa lalu berjudul Serong, oleh Penerbit Narasi diterbitkan kembali dengan judul Selingkuh, setebal 314 halaman.
Mungkin ini sengaja dibikin oleh penerbitnya, supaya novel ini laku. Loh, bukannya Elkaha itu penulis terkenal sehingga apa pun yang ia tulis bakal dibaca penggemarnya?
Novel Teror ini diterbitkan oleh Penerbit Narasi Yogyakarta (2013) setebal 812 halaman. Seperti novel-novel Elkaha sebelumnya yang memang tebal, hanya saja kali ini ia tidak menulis novel berlatar belakang sejarah kerajaan Nusantara di masa lalu. Setelah Pentalogi Gajah Mada sukses di pasaran, Elkaha tak berhenti melahirkan novel ‘sastra sejarah’ semacam itu, yang kemudian banyak penulis lain ‘ikut-ikutan’ menulis dengan genre yang sama.
Seperti diakui oleh Elkaha dalam kata pengantar novelnya, Teror ditolak oleh penerbit yang ‘paling akrab’ dengannya, sebab novel tersebut tidak ‘berjenis kelamin’ sebagaimana novelnya yang lain yang laku keras itu. Bahkan, jika nggak ada penerbit yang sudi menerbitkan Teror, ia akan menerbitkan sendiri. Artinya, mau nggak mau novel ini kudu beredar dan dibaca oleh para penggemarnya. Ini bentuk teror kedua kepada saya yang nota bene sebagai penggemar novel-novelnya yang ‘berjenis kelamin’ sastra sejarah, tentu saja.
Bentuk teror berikutnya (masih pada kata pengantarnya) meskipun disampaikan Elkaha dengan cara memohon: mulailah membaca dari depan, jangan njujug ke belakang di bagian ending-nya, karena kalau itu Anda lakukan sama halnya dengan Anda tidak menghargai keringat saya. Bacalah perlahan akan menemukan kejutan luar biasa di klimaksnya.
Tidak biasa-biasanya ia melakukan hal seperti ini.