Distorsi

Distortion Of An Innocent MindFakta :
Terjadi kecelakaan tunggal di belokan Jl. Stasiun, pengendara motor menabrak tiang listrik karena menghindari ayam yang menyeberang jalan. Pengendara motor memakai helm berwarna merah dan mengenakan jaket kedodoran warna hitam. Kondisi : korban pingsan dengan luka ringan di siku kanan sementara spion kiri lepas. Dari puluhan orang yang mengerubunginya, hanya 2 atau paling banyak 3 orang yang menolongnya. Lainnya, cuma jadi penonton termasuk seorang laki-laki bertopi koboi.

Kejadian selanjutnya :
Jalan di sekitar TKP tersendat karena hampir setiap pemakai jalan memperlambat lajunya, hanya sekedar penasaran ingin tahu apa yang terjadi namun tidak sedikit yang berhenti seperti tukang ojek yang pulang mengantar penumpangnya.

“Aya naon kang?” tanya tukang ojek kepada laki-laki bertopi koboi.

“Kecelakaan motor. Meninggal kali ya. Barusan saya tengok kok bagian kepalanya berwarna merah semua. Terus tangannya sepertinya terpotong juga” jawab si topi koboi sesekali kepalanya melongok di antara kerumunan orang untuk memastikan dapat melihat korban kecelakaan.

Tukang ojek segera berlalu karena ada yang memanggilnya untuk diantar ke suatu tempat.

“Kecelakaan apa bang?” penumpang ojek basa-basi bertanya.

“Orang ketabrak kereta. Kepalanya hancur terus pada nyariin potongan tangannya tuh” jawab tukang ojek.

“Bunuh diri?” tanya penumpang ojek.

“Bukan, dia naik motor. Tahu tuh orang mana dia!” kata si tukang ojek.

Rupanya, tujuan penumpang ojek adalah rumahnya sendiri. Sampai di rumah, ia bercerita kepada istrinya kalau di jalan tadi menyaksikan orang naik motor ketabrak kereta karena menerobos palang pintu kereta, dengan kondisi tubuh dan motor yang hancur.

Tiga jam kemudian.

Seorang anak laki-laki berseragam SMA memasuki halaman rumahnya, menuntun sebuah motor dengan spion kiri patah, memakai helm berwarna merah dan mengenakan jaket kedodoran warna hitam. Ketika sampai di dalam rumah ia membuka jaketnya dengan hati-hati karena siku kanannya terasa nyeri. Ibu anak laki-laki itu menyaksikan wajah anaknya ketika meringis kesakitan.

“Tanganmu kenapa nak?” ibunya bertanya.

“Tadi aku jatuh nabrak tiang listrik bu, tapi nggak apa-apa kok. Cuma lecet sedikit!” jawab si anak.

“Makanya kalau naik motor pelan-pelan saja, nggak usah ngebut. Sudah sana, diberi obat merah!” perintah ibunya.

“Dan yang penting.. jangan menerobos palang pintu kereta. Bisa berabe akibatnya, seperti yang Bapak lihat pulang kerja tadi!” sahut Bapaknya yang keluar dari kamarnya.