Di sinilah aku berdiri jadi pandu ibuku

benderaROL tanggal 11 Mei 2014 menurunkan artikel berjudul Wow, Indonesia Raya Berkumandang di Manchester: Lagu kebangsaan Indonesia Raya menjadi pembukaan acara tahunan Festival Budaya Indonesia yang diselenggarakan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Inggris cabang Greater Manchester (PPI-GM) kota yang dikenal dengan klub sepak bola Manchester United.

Saya selalu gelisah setiap menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya ketika sampai pada kalimat “di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku”. Saya bertanya-tanya, tempat mana yang dimaksud dengan “di sanalah” itu? Nekjika, saya menunjuk sebuah tempat dengan jari telunjuk saya, maka akan mengarah ke suatu tempat yang nun jauh di sana.

Kenapa aku mesti berdiri di suatu tempat nun jauh di sana untuk menjadi pandu ibuku?

Artikel ROL tersebut menyadarkan saya, kalau yang dimaksud “di sanalah” itu adalah sebuah tempat di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka betul sekali kalau kita mesti mongkok hati ketika Indonesia Raya dapat berkumandang di luar kandang NKRI. Berkumandangnya Indonesia Raya di negeri manca berarti menunjukkan sebuah prestasi tengah atau sudah diukir oleh anak-anak bangsa.

Tetapi apakah untuk menghayati makna di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku aku mesti menyanyikannya di luar negeri?

Saya akan mendiskusikan hal ini dengan teman saya yang ahli bahasa. Meskipun saya bisa menduga sebelumnya kalau ia akan mengatakan, “Ndak usah kamu pikirin. Wong itu semua perkara lirik lagu. Pengarangnya bebas saja berkreasi sesuai dengan imajinasinya. Bahasa itu kan sesuatu yang hidup, dinamis tidak statis, biasalah timbul kerancuan di sana. Di sanalah berarti juga tergantung di mana Indonesia Raya itu dinyanyikan olehmu.

Jawaban semacam itu tentu saja nggak bakal memuaskan rasa penasaran saya.

Lalu, apakah aku mesti mengganti kalimatnya dengan di sinilah aku berdiri jadi pandu ibuku ketika menyanyikan Indonesia Raya di Tanah Air?