Demi cintaku padamu

Pabelan dan Sekar Kedaton tengah bergumul di atas peraduan. Sultan kalap, harga dirinya telah diinjak-injak oleh seorang playboy. Sekar Kedaton lambang kesucian keputren Pajang telah ternoda. Dengan tangan gemetar, Sultan mencabut keris saktinya.

Pabelan tewas seketika. Keris sakti itu telah menancap di dadanya.

Dikutip dari bagian akhir Cinta Playboy Berakhir Tragis

“Demi cintaku padamu, Kakang Pabelan, aku rela menyusulmu!” Sekar Kedaton mencabut keris yang dari dada Pabelan dan secepat kilat ia hunjamkan ke jantungnya. Sekar Kedaton melakukan suduk salira, bunuh diri. Tindakan nekat itu mau tak mau membuat Sultan Hadiwijaya sangat terkejut.

Dengan kemarahan yang tiada terkira, Sultan memerintahkan prajurit untuk membuang mayat Pabelan ke Kali Laweyan. Kemudian ia merumat jasad anak perempuannya untuk segera dikubur di pemakaman keraton.

Dendam masih saja membara di dada Sultan. Setelah tujuh hari kematian sepasang kekasih itu, Sultan memanggil Tumenggung Mayang, yang tak lain adalah ayah dari Pabelan.

“Karena kamu merestui Pabelan menjalin cinta dengan anakku, sekarang kamu bisa lihat akibatnya, bukan?” Sultan meluapkan amarahnya kepada Tumenggung Mayang.

Rahang Sultan gemeretak, kemudian melanjutkan ucapannya.

“Mulai besok, kamu dan istrimu harus meninggalkan Pajang. Empat puluh prajurit Pajang akan mengantarkan kamu ke tlatah Semarang, di sana tempat pembuanganmu!”

Arkian, Tumenggung Mayang dan istrinya berangkat ke Semarang. Istri Tumenggung Mayang sebelumnya telah berkirim kabar kepada kakak lelakinya, kalau ia dan suaminya dibuang ke Semarang oleh Sultan Hadiwijaya. Siapa sih kakak ipar Tumenggung Mayang itu?

Di bumi Mataram, Sutawijaya1 (kelak memakai nama Panembahan Senopati) tersinggung berat kepada Sultan Hadiwijaya yang telah membuang adiknya ke Semarang. Ia mengirimkan sepuluh prajurit Mataram yang tangguh untuk menyelamatkan Tumenggung Mayang dan istrinya.

Para prajurit Mataram mengambil rute ke arah Kedu kemudian melewati Jatijajar. Nah, pas tiba di Jatijajar mereka bertemu rombongan prajurit yang mengawal Tumenggung Mayang dan istrinya. Maka, terjadilah perkelahian yang sangat sengit. Empat puluh prajurit Pajang takluk oleh sepuluh prajurit Mataram yang pilih tanding itu. Tumenggung Mayang dan istrinya dibawa ke Mataram.

Sultan Hadiwijaya gusar betul ketika mendengar laporan kegagalan misi prajuritnya di Jatijajar. Dalam keadaan emosi, ia mengambil keputusan penting: menyerang Mataram!

Sebuah keputusan yang belakangan fatal akibatnya.2

Catatan kaki:
1Siapa Sutawijaya, dapat dibaca di artikel Sutawijaya diusir dari Pajang atau Sutawijaya anaknya siapa?
2Dalam pertempuran Pajang-Mataram, pasukan Pajang kalah. Sultan Hadiwijaya dalam perjalanan pulang jatuh sakit dan tak lama setelah itu ia meninggal.