Sikap gamang Destarasta agak terobati setelah ia menghadap Resi Bhisma, sesepuh Hastinapura. Ia menyampaikan kegalauan hatinya, siapa di antara Yudhistira dan Duryodana yang akan dipilihnya menjadi penggantinya kelak. Menurut pendapat hati nuraninya, Yudhistira yang paling berhak atas tahta Hastinapura setelah kematian Pandu, ayahnya. Sementara, permaisuri Gandari yang disokong oleh Sengkuni sangat berniat mendudukkan Duryodana menjadi raja.
Resi Bhisma memberikan nasihat singkat, “Adakan acara Debat Dua Pangeran, engkau akan mengetahui kedalaman visi dan misi mereka jika kelak mereka menjadi raja Hastinapura. Kalau masalah adu kekuatan ilmu kanuragan biar nanti diurus oleh Mahaguru Drona.”
Terjadi kebocoran informasi kebijakan kerajaan. Dalam tempo yang singkat rencana acara Debat Dua Pangeran dengan cepat menyebar ke seluruh antero negeri. Dan dengan cepat pula terbentuk kelompok-kelompok relawan pendukung Yudhistira atau Duryodana atas inisiatif rakyat Hastinapura. Posko-posko didirikan di mana-mana. Tak jarang terjadi bentrok dua pendukung yang berseberangan. Kampanye hitam yang disertai dengan penyebaran teluh oleh dukun-dukun mulai menyerang satu ke yang lainnya.
Situasi Hastinapura seperti bara dalam sekam.
Di lingkungan istana tak kalah panasnya. Tim sukses Kurawa yang dibentuk oleh Duryodana dipimpin oleh Sengkuni dengan anggota seluruh adik-adik Duryodana yang berjumlah 99 orang itu. Dari sekian banyak saudara, hanya Dursasana yang terlihat paling menonjol perannya. Di sini, Sengkuni juga berperan sebagai penasihat politik Duryodana.
Sementara di kubu Pandawa, hanya terdiri dari lima orang saja yakni Yudhistira yang dibantu oleh keempat adiknya, Bima, Arjuna dan si kembar Nakula-Sadewa. Mereka hanya mengandalkan ibu mereka, Dewi Kunti, sebagai pelindung sekaligus penasihatnya. Tanpa mereka ketahui, diam-diam Perdana Menteri Widura mendukung Pandawa.
Persepsi terhadap para pangeran Hastinapura segera terbentuk di masyarakat. Duryodana merupakan sosok yang pas memimpin Hastinapura karena ketegasannya. Sementara itu di kubu lain menganggap Yudhistira yang paling pantas menjadi raja Hastinapura karena ia ejawantah dari kaum papa.
***
Balairung Hastinapura hingar-bingar. Di tempat inilah acara Debat Dua Pangeran akan digelar. Semua kursi yang telah disediakan penuh sesak oleh para pendukung kubu Pandawa dan kubu Kurawa. Kursi kehormatan pun telah diduduki oleh para pejabat Hastinapura, seperti Prabu Destarasta dan permaisurinya, Resi Bhisma, Perdana Menteri Widura, Patih Sengkuni dan para tumenggung.
Terdengar gong ditabuh tiga kali, sebagai tanda dimulainya acara debat. Dari balik panggung debat muncul Yudhistira dan Duryodana. Teriakan yel-yel dari para pendukung mereka saling bersahutan. Prabu Destarasta yang buta meminta ajudannya menceritakan suasana balairung malam itu. Demikian pula dengan Gandari yang matanya ditutup secarik kain hitam, ia dibisiki oleh asisten pribadinya.
Pembawa acara meminta para pendukung dua pangeran untuk tenang dan menjaga ketertiban. Kemudian lewat pelantang suara ia memperkenalkan moderator Debat Dua Pangeran, yakni Profesor Kripa seorang guru besar ilmu politik Fisipol Hastinapura University.
***
Profesor Kripa membacakan aturan main debat. Ada enam sesi yang akan dilalui yakni pertama, masing-masing pangeran menyampaikan visi-misinya, kedua, moderator bertanya kepada para pangeran untuk mempertajam visi-misi, ketiga, para pangeran mengajukan pertanyaaan dan menjawab, keempat, para pangeran saling tanya-jawab dan kelima, sambutan penutup para pangeran.
Bunyi gong terdengar lagi. Profesor Kripa memberikan kesempatan pertama kepada Duryodana menyampaikan visi-misinya jika kelak duduk di tahta Hastinapura. Kemudian disusul oleh Yudhistira.
Profesor Kripa tak ingin menampilannya mengecewakan publik, maka ia menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan dengan rapi dan rinci. Kini saatnya ia mengajukan pertanyaan pertama. Suasana balairung hening. Semua ingin menyimak pertanyaan yang diajukan dan jawaban jagoan mereka. Profesor Kripa membetulkan letak pelantang suara.
“Hentikan acara tidak bermutu ini!”
Suara menggelegar datang dari seseorang yang mempunyai kesaktian tingkat tinggi. Semua orang yang ada di balairung sangat terkejut, tak terkecuali Resi Bhisma yang juga mempunyai kesaktian sundhul langit itu.
Adalah Resi Drona yang menghentikan acara Debat Dua Pangeran. Berhenti sebelum dimulai.
Ada apa?