Cintanya Besar Sekali


Mereka berdua saling tergantung satu sama lain, cintanya besar sekali.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda Yunus Effendy Habibie, adik kandung mantan Presiden BJ Habibie, mengatakan, ia sangat tersentuh dengan kesetiaan kakaknya mendampingi istrinya, Hasri Ainun Habibie, ketika berjuang melawan sakitnya. (dari kompas.com)

Semalam, saya menyaksikan wawancara putra bungsu mantan Presiden BJ Habibie di Metro TV yang memberikan kesaksian betapa besarnya cinta BJ Habibie dan Hasri Ainun.

Saya jadi teringat cinta BJ Habibie dan Hasri Ainun yang dikisahkan dalam buku BJ Habibie : Kisah Hidup dan Kariernya (1998). Berikut saya kutipkan sebagian kisahnya, pada halaman 67 – 69 :

Begitulah, pertemuan kembali dua insan ini telah memekarkan perasaan cinta yang lama terpendam mereka berjanji untuk saling bertemu dan saling merindukan satu sama lain. Malam-malam hari pacaran mereka lewati dengan begitu indahnya di dalam becak dengan jok tertutup, meskipun sebenarnya tidak hujan. Cinta kedua insan itu berakhir dengan sebuah lamaran dari pihak keluarga BJ Habibie. Untuk melukiskan betapa gejolak kebahagiaan BJ Habibie setelah lamarannya diterima dikisahkan oleh S. Sapiie yang mendengar ungkapan pertama BJ Habibie yang ditemuinya di depan kampus ITB ketika itu, dalam bahasa Belanda yang antusias. “Saya akan menikah.” S. Sapiie kaget dibuatnya dan dengan berkelakar ia bertanya, “Siapakah yang kurang beruntung tersebut?” dalam bahasa Belanda, “Wie is de ongelukkige?” Jawabannya adalah Hasri Ainun Besari.

Leila Z. Rachmantio yang juga baru tiba dari Jerman waktu itu melukiskan bahwa jeritan pertama yang keluar dari mulut BJ Habibie ketika mereka bertemu ialah, “Leila, Ich bin verliebt, Ich bin verliebt” (Leila, saya jatuh cinta, saya jatuh cinta). Dan berceriteralah BJ Habibie mengenai gadis yang dicintainya, Ainun.

BJ Habibie dan Hasri Ainun menikah pada tanggal 12 Mei 1962. Masa berbulan madu dilakukannya di Kaliurang Yogyakarta, Bali dan dilanjutkan ke Ujung Panjang memenuhi niatnya ke makam ayahnya Alwi Abdul Jalil Habibie.

BJ Habibie kemudian kembali ke Jerman untuk bekerja karena masa cutinya selama dua bulan dan sudah diperpanjang satu bulan sudah habis. Di samping itu, ia harus melanjutkan pelajarannya guna meraih gelar Doktor. Ainun istrinya harus ikut ke Jerman, karena itu ia harus terlebih dahulu mengurus dan melengkapi surat-surat dari RSCM maupun dari Pemerintah Indonesia. Waktu berpamitan BJ Habibie dipesan oleh mertuanya, “Ainun istrimu telah jadi hakmu. Ibu minta jangan sampai istrimu dibikin sakit hati.” Jawaban BJ Habibie berjanji, “Oh tidak Bu, kalau saya membuat sakit hati Ainun seperti saya bikin sakit hati saya sendiri.”

48 tahun mereka saling mencinta!