Rencana invasi ke Wirata

Kabar tewasnya Letjen Kicaka yang dibunuh secara keji oleh raksasa suami Sairandri segera menyebar seantero negeri Matsya. Sebagian rakyat gelisah dan takut jika sewaktu-waktu suami Sairandri mengamuk dan membunuhi banyak orang.

“O aku tak bisa bayangkan bagaimana suami Sairandri nanti mengamuk hanya gara-gara ada lelaki yang memandang atawa melirik istrinya itu,” kata seorang lelaki di sebuah warung kopi.

“Benar, aku juga kuatir seperti itu. Siapapun tidak ada yang bisa menyanggah kalau paras Sairandri memang sangat cantik dan menawan. Mana tahan aku kalau berjumpa dengannya?” timpal temannya.

“Jadi bagaimana dong?” tanya lelaki pertama. read more

Perangkap Drupadi

Sairandri menjanjikan malam pengantin untuk Kicaka. Hati yang berbunga-bunga membuat Kicaka ramah kepada orang-orang di sekitarnya. Tentu saja hal ini membuat heran semua punggawanya, Kicaka yang biasanya temperamen, kini bermurah senyum. Itulah perasaan yang sedang dimabuk asmara.

Sesiang itu, Kicaka sudah mandi dua kali. Ia ingin tampil sempurna di hadapan Sairandri saat olah asmara nanti. Jenderal bintang empat yang masih jomblo itu tak henti-hentinya berdiri di depan cermin. Rambut dan kumis telah ia rapikan. Belasan parfum dicobanya satu persatu, ia ingin menyesuaikan dengan gelora cinta di dadanya. read more

Drupadi membalas sakit hatinya

Semenjak bertemu dengan Sairandri a.k.a Drupadi, pikiran Kicaka makin kacau saja. Ia harus memiliki Drupadi, apapun caranya. Ia pun segera menemui kakaknya, Sudesha.

“mBak, aku sangat menderita setelah bertemu pelayananmu yang cantik kemarin itu. Bantulah aku untuk membujuknya, supaya ia mau jadi istriku.”

“Kicaka, ingatlah. Ia sudah bersuami. Bahkan aku dengar suaminya adalah raksasa jahat yang tak segan membunuh orang apalagi jika istrinya diganggu orang lain.” read more