Mubaligh Two in One

Beberapa hari belakangan, ada kehebohan berita tentang seorang pendakwah yang mengunci kepala operator sound system dengan kakinya, gara-gara ia nyetel volume pelantang suara nggak sesuai dengan keinginan sang pendakwah. Aksi ini dilakukan di atas panggung, disaksikan oleh banyak pasang mata, dari anak-anak hingga orang tua.

Peristiwa ini mengingatkan saya pada sebuah humor tentang seorang Mubaligh yang punya pekerjaan sambilan menyewakan pelantang suara.

~oOo~

Ada seorang mubaligh, namanya Rasyidi. Di samping mubaligh ia punya pekerjaan sambilan, menyewakan pengeras suara. Kalau ingin praktis bisa mengundang Kiai Rasyidi mengisi pengajian sekaligus menyewa pengeras suaranya. Katakanlah paket two in one.

Suatu hari mubaligh kita ini sedang di atas mimbar dalam acara isra mikraj. Ia menguraikan perjalanan Kanjeng Nabi mikraj ke langit lapis tujuh. Sambil berbicara, ia melirik anak kecil yang main-main dengan mesin pengeras suaranya. Maka beliau pun menyempatkan untuk memperingatkan anak-anak itu. read more

Diteror oleh Elkaha

Di tengah penantian saya pada novel ketiga Majapahit karangan Elkaha (Langit Kresna Hariadi), terbit sebuah novel tebal Elkaha yang diberi judul Teror. Cover buku ini saja sudah meneror saya, sebab ukuran huruf nama sang pengarang jauh lebih besar daripada judul bukunya, ditambah embel-embel tulisan Penulis novel best seller Gajah Mada.

Cover Teror mengingatkan saya pada novel Elkaha sebelumnya yang berjudul Selingkuh. Maksudnya, ukuran huruf sang pengarang lebih ditonjolkan. Selingkuh diterbitkan juga oleh Penerbit Narasi (2013) yang sampai saat ini belum saya baca, masih sekedar untuk koleksi belaka bahwa saya juga punya novel Elkaha bergenre bukan sastra sejarah. Novel yang di masa lalu berjudul Serong, oleh Penerbit Narasi diterbitkan kembali dengan judul Selingkuh, setebal 314 halaman.

Mungkin ini sengaja dibikin oleh penerbitnya, supaya novel ini laku. Loh, bukannya Elkaha itu penulis terkenal sehingga apa pun yang ia tulis bakal dibaca penggemarnya? read more

Beladjar Riwajat Djawa dari Kartoe Pos

Judul: Soeka-Doeka di Djawa Tempo Doeloe • Penulis: Olivier Johannes Raap • Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (November 2013) • Tebal: ix+189

Belajar kebudayaan Jawa tempo dulu dapat melalui kartu pos. Adalah Mas Oliver Johannes Raap kolektor ribuan benda antik Indonesia, bersama 140 lebih koleksi kartu pos bercerita tentang Soeka-Doeka di Djawa Tempo Doeloe. Koleksi kartu pos di dalam buku ini menggambarkan suasana Pulau Jawa akhir masa kolonial yaitu dekade 1900 – 1940. read more