Perempuan pertama yang ditemuinya hampir tertabrak olehnya. Malin gembira telah menemukan ibunya dengan mudah. Ia langsung bersujud di hadapannya, mengucapkan kata-kata yang hanya bisa ditemui dalam dongeng-dongeng yang bisa mengharu biru.
“Ibu, saya anak yang telah mendurhakai Ibu. Saya minta maaf atas dosa yang tak bisa ditakar itu, Ibu.”
Perempuan itu terkejut, memandangnya dengan curiga.
“Aku tidak mengenalmu, Nak. Kamu ini siapa?”
“Saya Malin, Si Anak Durhaka.”
“Lho, Nak, mana ada anak yang durhaka kepada Ibunya!”
Tatapan Malin tampak tambah masak, perempuan itu membayangkan ada air mendidih di mata lelaki muda itu.
“Demi Allah, Nak, aku bukan ibumu. Masuklah ke kerumunan itu, siapa tahu yang kau cari ada di situ.” read more