Seingatku, tiga atawa paling banyak empat kali ibu pernah mengajakku nonton pagelaran wayang kulit. Tempatnya tak jauh dari rumah: di rumah tetangga yang kebetulan ada hajatan dan di pendapa kabupaten. Kenangan yang masih menempel di otak saya ketika nonton wayang di pendapa kabupaten dengan dalang Ki Anom Suroto. Lakon yang dimainkan apa, aku lupa. Dan aku juga lupa dalam rangka apa pagelaran wayang ini: untuk memeriahkan HUT kemerdekaan RI atawa kampanye partai beringin.
Pendapa kabupaten tak jauh dari rumah, hanya sepelemparan sandal saja. Jadi, untuk menuju ke tempat pagelaran wayang tak perlu buru-buru. Babak Limbuk-Cangik tentu saja masih aku nikmati dengan mata segar karena sosok ibu-anak yang lucu itu muncul sebelum mataku mengantuk. Apalagi banyolan-banyolan yang dilontarkan pak dalang membuat suasana makin meriah.
Ketika mataku mulai mengantuk aku rebahkan kepala di kaki ibu. Sebelumnya aku berpesan supaya dibangunkan ketika adegan Goro-goro dimulai. read more