Momen Kemenangan

“Sesaat setelah hitungan ke-10 suasana di seputaran ring penuh sesak dengan orang. Saya sampai kebingungan. Tidak sia-sia persiapan setahun yang saya lakukan bersama Kairus Sahel di Sasana Garuda Jaya. Air mata saya baru bisa keluar saat berkumpul bersama keluarga besar yang saya datangkan dari Ambon. Saya benar-benar merasa bangga bisa mengangkat nama bangsa dan negara di arena tinju dunia,” demikian tutur Ellias Pical, petinju Indonesia pertama yang meraih gelar juara dunia versi IBF di kelas Bantam Junior 52,5 kg, tahun 1985 setelah hook kirinya menjatuhkan Ju Do Chun (Korea Selatan) di ronde ke-8 dari 15 ronde yang direncanakan.

Setiap orang pasti mempunyai suatu momen kemenangan, yang ukurannya berbeda antara satu orang dengan lainnya, karena hal ini terkait dengan tingkat kepuasan dan kebahagiaan, yang semua itu tidak terlepas dari masalah perasaan di hati.

  • Ketika masa kanak-kanak saya dulu, seorang anak lelaki dikatakan hebat kalau sudah berani minta disunat kepada orang tuanya. Momen ini saya alami ketika menginjak usia 15 tahun. Bapak saya menggelar hajatan untuk mensyukuri keberanian saya tersebut.
  • Pada periode menuntut ilmu di bangku sekolah, saya juga mengalami momen kemenangan itu. Saya yang mempunyai tingkat kepandaian yang biasa-biasa saja, untuk mencapai level pendidikan yang lebih tinggi perlu perjuangan tersendiri. Waktu itu belum ada yang namanya NEM, sehingga untuk bisa masuk ke suatu sekolah tiketnya adalah melalui ujian masuk, yang pesaingnya banyak sekali. Apalagi untuk bisa masuk sekolah terfavorit di kota saya. Momen kemenangan itu ketika diterima di SMP dan SMA yang saya tandai dengan pengundulan kepala. Lolos seleksi penerimaan mahasiswa baru (SIPENMARU) di Universitas Gadjah Mada, juga saya catat sebagai momen kemenangan saya.
  • Mengucapkan kalimat ijab-kabul pernikahan menjadi momen yang cukup menegangkan, nantinya akan berubah menjadi momen yang melegakan ketika menyelesaikan kalimat itu.
  • Kemudian, semakin bertambahkan usia dan pengalaman, akan banyak saya temui berbagai macam momen kemenangan, baik di lingkungan keluarga, pergaulan dan pekerjaan. Baik kemenangan yang besar atau kecil, yang nanti akan saya dongengkan kepada anak-cucu saya, sebagai tanda syukur saya kepada-Nya.

Momen kemenangan Anda, bagaimana?

Weton

Seorang pemikir sedjati dengan sikap lemah lemboet disertai gaja doeniawi jang mempesona jang moedah menarik orang lain kepadanja. Dikarenakan poenja bakat alami akan bahasa dan kepekaan terhadap perasaan orang lain, maka ia  memiliki potensi oentoek mendjadi seorang pembitjara besar. Banjak di antara orang jang lahir pada hari Rebo Kliwon mendjadi orator ataoe penoelis jang handal. Dia berseri-seri bila mendapatkan poedjian (sebenarnja siapapoen akan begitoe djoega), akan tetapi moengkin ia perlu beladjar oentoek tidak terlaloe memasoekkan kritikan orang lain ke dalam hati. Waspadalah agar kelemahannja terhadap kata-kata jang manis tidak memboeat ia terlaloe moedah diperdaja – seboeah primbon mengenai weton.

Sejak matahari terbenam senja kemarin, hari sudah berganti menjadi Rebo Kliwon dalam penanggalan Jawa, suatu tarikh yang dibuat oleh Sultan Agung. Rebo Kliwon kali ini masuk dalam bulan Bakdamulud tahun Je 1942 Windu Kunthara Wuku Pahang.

Rebo Kliwon adalah weton saya, dan setiap tiga puluh lima hari sekali akan bertemu Rebo Kliwon lagi. Sebagai seorang jawa, saya masih melakukan laku ora turu sakjroning mengeti weton.

Dulu, pada saat datang weton anak-anaknya, ibu saya selalu membuat bubur merah dan putih, nasi tumpeng kecil yang diujungnya dipasangi cabe merah yang diletakkan di meja makan, kemudian ibu berkomat-kamit berdoa kepada Gusti Allah mohon keselamatan bagi anak-anaknya. Kini, setelah anak-anaknya sudah berkeluarga, ritual itu tidak dilakukan lagi. Masing-masing melaksanakan laku sendiri, karena sudah mempunyai keluarga sendiri.

Weton bagi saya adalah sarana introspeksi. Tidak perlu menggugat kepada Gusti Allah kenapa saya dilahirkan ke dunia ini, karena sudah pasti saya diberikan kepercayaan oleh-Nya untuk ikut mewarnai kehidupan ini : mau memutihkan yang hitam, atau menghitamkan yang putih, semua diserahkan kepada pilihan saya. Gusti Allah sudah mempunyai rambu-rambu, tinggal saya bisa membacanya atau tidak. Itulah tujuan saya introspeksi, untuk selalu mawas diri.

Selamat hari Bumi di Rebo Kliwon ini. Mari kita jaga keseimbangan kehidupan di muka bumi.

Kisah Tiga Gelandangan

Di sebuah emperan toko, ada tiga orang gelandangan yang tidur di sana. Pagi hari, ketika mereka bangun di sebelah masing-masing gelandangan tadi terdapat sebungkus nasi yang masih hangat lengkap dengan sayur nangka dan sepotong lauk telur dadar, juga air putih dalam bungkusan plastik.

Gelandangan pertama, begitu melihat ada sebungkus nasi di hadapannya langsung dibuka dan dilahapnya dengan rakus. Maklum sejak kemarin perutnya belum terisi nasi sama sekali. Setelah kenyang tak henti-hentinya dia bersendawa. Kemudian melanjutkan tidurnya.

Gelandangan kedua, membuka bungkusan. Dilihatnya ada sepotong telur dadar dan sayur nangka. Dia menggelengkan kepala, dalam hatinya berkata : “tanggung amat sih orang yang memberikan nasi bungkus ini, kenapa telurnya cuma separo dan sayurnya tidak diberi sambal? Kemudian nasi itu dia santap juga. Ketika mau minum dia juga berkomentar kenapa bukan teh hangat yang manis yang diberikan kepadanya. read more