Laa Tahzan for Caleg

Pertarungan yang sebenarnya untuk mendapatkan kursi di dewan yang  terhormat akan segera telah digelar di 9 April 2009. Itu terjadi kalau semua Caleg bertindak jujur, tidak ada politik uang untuk membeli suara rakyat pemilih. Vox populi, vox dei.

Entah bercanda atau memang benar-benar telah direncanakan, beberapa rumah sakit jiwa seantero Nusantara telah mempersiapkan diri untuk menampung para Caleg yang stress, setengah gila atau gila beneran akibat kalah bertanding dalam Pemilu nanti. Bagi kota atau wilayah yang tidak mempunyai rumah sakit jiwa, Satpol PP-nya telah dilatih untuk melakukan tindakan persuasif terhadap Caleg gila yang berkeliaran di sepanjang jalan dan tidur-tiduran di emper pertokoan. read more

Kalian benar-benar menyebalkan!!!

Barangkali, langit di atas Nusantara sebentar lagi akan roboh meluluhlantakkan bumi pertiwi karena tidak kuat lagi menahan jutaan kalimat janji politisi yang dua minggu ini melakukan kampanye di berbagai sudut negeri. Tidak cukupkah Tuhan memberikan peringatan berupa jebolnya tanggul Situ Gintung, yang menelan puluhan nyawa itu?

Bagaimana Tuhan tidak murka coba? Di tengah kampanye, kalian menyajikan maksiat di atas panggung dengan goyang pinggul penyanyi dangdut murahan, sementara mata anak-anak calon pewaris bangsa dengan polosnya menyaksikan adegan goyang disertai dengan obral uang sawer kader-kader terbaik partai kalian. Bukankah kemarin Tuhan telah menjewer telinga kalian dengan meniupkan angin lesus disertai hujan yang memporakporandakan panggung kampanye kalian?

Eh, ada fenomena baru. Sebelum kampanye kalian menyampaikan rasa duka cita yang mendalam dan mendoakan arwah korban bencana Situ Gintung, tetapi pada detik berikutnya kembali tampil si penyanyi dangdut kampungan yang kalian bayar mahal itu. Sungguh bebal.

Janji politisi menggantung di awan, jatuh ke bumi menjadi bencana. Hentikan omong kosong, dengan berbuat nyata di tengah rakyat yang sedang menderita.

Dor…. Dor…. Dor…. Kalian benar-benar menyebalkan!!!!

Perjalanan hidup seorang Ksatria

Satrio Piningit lahir dari kampus. Hidup pas-pasan, mengandalkan uang kiriman orang tua di kampung. Untuk menggembleng mental dan hatinya, jadi aktivis kampus. Unjuk rasa jadi ekstrakuler tambahan. Menyuarakan hati nurani rakyat yang tertindas oleh rezim yang sedang berkuasa. Lulus dengan IP standar, tidak cumlaude tidak mengapa. Cari kerja ke sana ke mari tidak ada yang mau menerima lamarannya. Jadilah dia Satrio Kalunta-lunta, nebeng hidup dari kost teman satu ke teman yang lain.

Lahir partai baru, melamarlah dia ke sana. Diterima, sebagai punggawa inti karena track recordnya sebagai aktivis kampus dulu. Tidak begitu lama, foto dirinya telah terpajang di sudut negeri, gagah perkasa, berjas rapi, tak lupa ada senyum dikulum. Dia menjelma menjadi caleg. Dari mana dia mendapatkan dananya? Tidak pernah ada yang mengaku siapa yang menjadi bandarnya.

Wahai angin nan lalu, akhirnya duduklah dia di kursi yang terhormat menjadi anggota legislatif. Dia telah berubah menjadi Satrio Mukti Wibawa, gaya hidupnya berubah total : rumah di mana-mana, tanah berhektar-hektar, istri cantik jelita, ponsel keluaran terbaru dan termahal. Sayangnya, dia sedang lupa kepada akarnya. Hidupnya bagai di awang-awang. Seribu tidak pernah cukup, selalu ada keinginan yang lebih.

Celaka tiga belas, dia tertangkap tangan sedang bertransaksi haram, sebuah tindakan konspirasi tentang penyelewengan wewenang. Media mengungkap semua boroknya, predikat ma-lima ada padanya. Maling, madat, madon, main, minum (stealing, opium smoking, womanizing, gambling, drinking), sungguh memalukan. Di jidatnya telah distempel sebagai Satrio Wirang.

Proses hukum pun digelar, kasihan benar kawan yang satu ini, putusan hakim mengalahkan dia, jadilah dia Satrio Kinunjara. Harta benda habis untuk pembelaan di depan hakim, istri jelitanya minta cerai, partai tempatnya bernaung malu untuk menerimanya kembali. Aih… dia benar-benar sudah menjadi Satrio Nelangsa.

Semua orang telah melupakan dia.

Note : Satrio Piningit = ksatria yang sedang disembunyikan, digembleng oleh pengalaman dan alam; Satrio Kalunta-lunta = ksatria yang hidupnya prihatin untuk sebuah tujuan hidup, terlunta-lunta; Satrio Mukti Wibowo = ksatria yang telah berhasil hidupnya, cita-citanya telah tercapai; Satrio Wirang = ksatria yang sedang mendapatkan hal yang mempermalukan dirinya; Satrio Kinunjara = ksatria yang terpenjara, masuk bui; Satrio Nelangsa = ksatria yang hidupnya menderita lahir dan batin