Anakku Menangis di Hari Ulang Tahunnya

Anakmu bukan milikmu
Mereka adalah putra-putri sang hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka lahir lewat engkau tapi bukan dari engkau
Mereka ada padamu, tetapi bukan milikmu
Berilah mereka kasih sayang,
namun jangan berikan pemikiranmu
Karena pada mereka ada alam pikiran sendiri
Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun tidak boleh membuat mereka menyerupai engkau
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur
ataupun tenggelam ke masa lampau
Engkaulah busur tempat anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi
(Khalil Gibran) read more

Memaknai Kematian

Semua yang berasal dari-Nya akan kembali kepada-Nya juga. Begitu sederhana sebuah kematian. Tubuh di hadapan saya sudah dingin, diam tidak bergerak. Saya menarik nafas dalam-dalam, tanpa sadar saya masuk ke ruang hening.

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir” (QS 39 : 42)

Manusia bernafas adalah aktivitas hidup dengan menghirup udara oksigen dan mengeluarkan zat asam arang. Zat oksigen dibutuhkan oleh seluruh sel tubuh. Zat ini diperlukan untuk proses pembakaran, sehingga sel-sel di dalam tubuh mendapatkan tenaga. Tenaga inilah yang digunakan untuk mengedarkan zat-zat lain yang diperlukan tubuh. Secara normal, nafas diperlukan untuk kehidupan jasmani. read more

Ibu, Perempuan yang Luar Biasa

Kemarin, saya mendatangi undangan sunatan anak teman saya. Tradisi di tanah Sunda, anak di bawah 6 tahun sudah pada disunat. Di kota kelahiran saya, anak disunat kalau sudah berumur 15 tahun. Setelah memberikan amplop kepada anak yang disunat yang saat itu dipangku ibunya, saya menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah. Sambil mengunyah makanan, fikiran saya mengembara ke dalam waktu ketika saya disunat dulu.

Sebelum saya berangkat ke mantri sunat saya diharuskan sungkem kepada bapak dan ibu saya. Ada rasa haru di sana, mohon doa restu agar prosesi pemotongan “ujung daging” berjalan lancar dan aman. Dan ketika pulang dari mantri sunat, ibu sudah menunggu di depan pintu dan memberikan satu siwur (gayung dari batok kelapa) air tempayan untuk saya minum. read more