Mereka berjalan beriringan ketika memasuki Masjidil Haram. Sesekali sang ayah membetulkan posisi kain ihram ke pundaknya karena tangannya menggandeng kedua anaknya, perempuan dan laki-laki. Mereka berjalan bergegas agar cepat sampai di tempat tawaf.
“Itulah Ka’bah yang agung itu, nak! Mari kita tengadahkan tangan untuk berdoa ketika melihat Ka’bah.” ujar sang ayah terdengar gemetar. Rasa haru menyelimuti hatinya. “Kita duduk bersimpuh sejenak,” lanjutnya.
Rombongan kecil jamaah umrah itu duduk bersimpuh di hadapan Ka’bah, mata mereka tak lepas dari pandangan bangunan kubus yang terselimuti kain hitam yang berdiri kokoh di depan mereka yang tak pernah berhenti dikelilingi ribuan orang yang melakukan tawaf. read more