A.R.I.E.L

Nama aslinya Paiman, tapi orang-orang suka memanggilnya dengan nama Ariel. Entah siapa yang pertama kali memanggilnya begitu. Tapi yang saya tahu, sejak ia mangkal di ujung jalan ke Padeblogan ia kondang dengan nama Ariel itu. Ya, wajah dan penampilan Paiman memang mirip Ariel. Wajah tirusnya, rambutnya, sorot matanya bahkan lagak lagean berjalannya pun sangat mirip Ariel.

Paiman membuka kios kelontong dekat pangkalan ojek. Konsumen utamanya selain tukang ojek dan orang yang lewat, juga para cantrik Padeblogan. Tapi, sore kemarin ketika saya ke kiosnya tidak menjumpai si Ariel. read more

(Lagi) Tolong Bantulah Anak Saya!

Ini perkara hitungan matematika di toko saya. Hal yang sama pernah posting di sini.

Jika ada waktu luang saya sering membawa anak-anak ke toko, apalagi kalau bukan untuk memberikan pembelajaran bisnis di usia dini kepada mereka. Salah satu hal yang cukup penting yang harus saya sediakan di kasir toko adalah uang receh, karena saya anti memberikan uang kembalian yang berupa permen. Ya, permen bukan alat jual beli.

Untuk menyiasati stock  uang receh tetap ada di kasir, penjaga toko menggunakan trik “tukar receh” dengan pembeli. Contoh konkritnya seperti ini. Seorang pembeli berbelanja sebanyak Rp 4.600,- dan membayar dengan uang lima ribuan. Pada kesempatan pertama, penjaga toko akan menawarkan kepada pembeli tersebut dengan mengajukan pertanyaan, “punya receh seratus rupiah?” Kalau pembeli itu memberikan uang receh Rp 100,- maka penjaga toko akan memberikan uang kembalian sebesar Rp 500,-. read more

Kelindan Bumi dan Pelangi


Semua bunga mawar, meski sisi luarnya kelihatan seperti duri,
itulah cahaya dari belukar terbakar, meski kelihatannya seperti api!
– Jalaluddin Rumi –

Ruangan itu benderang oleh nyala lampu yang tersebar di mana-mana, semerbak wewangian melati dan mawar yang menghiasi dinding. Pendaran lampu menambah syahdu suasana pagi. Semua mata menatap sepasang pengantin, Bumi dan Pelangi yang sedang menghadap sang penghulu.

Mereka semua terlihat khidmat. Wajah Bumi dihiasi senyum manis, Pelangi sungguh ayu dengan kain putih yang membalut tubuhnya. Sebentar lagi, prosesi akad nikah sepasang pengantin itu dimulai.

“Saya nikahkan anak perempuan saya, Pelangi putri Semesta kepadamu, Bumi, dengan mas kawin 13 gram perhiasan emas beserta 3 kuntum mawar merah”

Suara Bumi mengalun, serak memecah keheningan ruangan itu, “Saya terima menikah dengan Pelangi, putri Semesta dengan mas kawin sebagaimana tersebut.” read more