MPP: ingin punya toko kelontong

MPP singkatan dari Masa Persiapan Pensiun. Meskipun di tempat saya bekerja tidak ada program MPP, saya mesti menyiapkan diri menjelang pensiun nanti. Setidaknya menyiapkan mental saat tidak seproduktif hari ini. Hitungan saya, dua puluh tiga bulan lagi saya akan memasuki usia pensiun.

Saya sendiri beranggapan kalau ber-MPP  penting dilakukan, sebab saya mesti menyediakan waktu untuk penyesuaian diri terhadap masa pensiun yang akan saya alami. Hal ini saya lakukan supaya tidak mengalami sejumlah problem psikologis akibat ketidaksiapan mental saya untuk pensiun.

Saya sudah mulai berhitung kalau JHT Jamsostek saya nanti masih cukup untuk membayar sisa hutang bank dan cicilan mobil. Selebihnya, untuk cadangan bulanan saat tidak mendapatkan penghasilan yang tetap seperti biasanya. Rencana yang sampai saat ini (masih) mantap akan saya lakukan adalah saya ingin mempunyai toko kelontong kecil-kecilan yang lokasinya tak jauh dari masjid. read more

Bersahabat dengan saraf kejepit

Sambungan dari artikel: Penyempitan diskus L 4/5 suspect HNP

Karena rasa penasaran saya untuk mengetahui penyebab pegal-pegal yang tidak karuan rasanya itu, semua proses pemeriksaan dari dokter saraf saya turuti. Saya melakukan tes EMG (Elektromiografi) yakni teknik yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot skeletal. Tes ini digunakan untuk mendiagnosis kelainan otot dan saraf.

Setelah dilihat hasilnya saya mesti jalani pemeriksaan MRI. Hadueh. Saya mesti mem-budget-kan dulu untuk bisa MRI, karena biayanya lumayan mahal.

Seumur-umur baru pertama kali saya melakukan pemeriksaan MRI. Prosedurnya mirip-mirip kalau akan dilakukan tindakan operasi besar, mesti menandatangani surat pernyataan (antisipasi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan). Setelah membaca hasil MRI,  dokter merujuk saya ke dokter spesialis bedah orthopedi (tulang belakang). Hadueh lagi.

Kali ini saran tersebut belum saya turuti, sebab saya belum mengenggam nyali untuk operasi. Hati saya masih gamang untuk tindakan operasi. Untuk sementara saya akan bersahabat dulu dengan saraf kejepit. read more

Tanpa pustaka, ingatan (akan) hilang

Selama masa karantina Pandemi COVID-19, ritme kehidupan saya berasa sedikit melambat. COVID-19 telah berdampak serius kepada semua sektor usaha, baik sektor formal maupun sektor informal. Saat bekerja di kantor, saya merasa waktu berjalan sangat cepat, tau-tau sudah sore. Beda dengan sekarang ini. Untuk mencapai waktu istirahat siang saja, berasa lama. Mirip-mirip kondisi sepuluh hari pertama puasa.

Saya tidak menjalankan WFH, karena memang pekerjaan saya di kantor tidak bisa dilakukan di rumah. Di kantor, kami menjalankan protokol pencegahan COVID-19 dengan sangat ketat.

***

Dua bulan belakangan ini, saya mulai aktif membaca buku lagi. Ketika saya merapikan rak buku, ternyata buku-buku yang masih tersegel plastik jumlahnya banyak sekali. Dulu waktu membeli buku-buku tersebut terbesit di benak saya, akan saya nikmati di masa pensiun nanti.

Sebagian buku yang tersegel plastik tersebut saya kirimkan ke ibu, yang memang suka membaca. Tidak saya kirim sekaligus, tetapi satu buku per minggu yang saya kirimkan melalui jasa kurir. Perkiraan saya, seminggu ibu bisa menyelesaikan satu buku. read more