“Pelangiku,” bisik Bumi, “tataplah aku”.
Tangan Bumi menyentuh lembut bahunya. Temaram cahaya di kamar itu cukup bagi mereka berdua untuk saling bertatapan dan entah siapa yang memulai, mereka membiarkan diri hanyut dalam pelukan. Pelangi merapatkan tubuhnya erat-erat seakan takut kehilangan sesuatu yang telah dia temukan. Bumi pun menyambutnya, melindunginya.
Kembali, mereka saling menatap, embusan angin yang dahsyat seakan memenuhi ruangan, menyapu semua ketakutan, keraguan dan kegelisahan. Penuh kerinduan, tangan mereka saling bersentuhan, mereka berciuman. Inikah angin atau apikah yang menelan mereka? read more