Soebagijo IN, wartawan yang sejarawan

Bareng Gerakan Tiga-A wis dibubarake, Bung Karno ngusulake nyang pemerintah Militer Jepang lumantar Shimizu, supaya ing tanah Jawa diedegake gerakan massa, gerakan rakyat. Usul ditampa, mung bae gerakan sing diedegake kuwi tujuwane: mbiyantu Perang Asia Raya. [Subagijo IN dalam Gempilan Sejarah: 3,5 Taun Dijajah Jepang, Empat Serangkai, Pemberontakan PETA – Majalah Bahasa Jawa Panjebar Semangat No. 38 – 21 September 2013]. 

Itulah tulisan terakhir Soebagijo IN yang saya baca sebelum ia meninggal dunia minggu lalu dalam usia 89 tahun. Di akhir tulisan tersebut ditutup dengan (Ana Tutuge) yang artinya masih ada kelanjutannya.

Saya mengenal nama Soebagijo Ilham Notodidjojo sejak SMA karena Bapak langganan koran Suara Merdeka. Saban edisi Minggu, ada kolom Soebagijo IN yang rasa bahasa tulisannya sangat renyah dan mudah dicerna. Saya banyak belajar sejarah dari tulisan-tulisan Soebagijo IN tersebut. read more

Kudeta my Romansa

Pada sebuah mall di bilangan Malioboro Jogja, 2013.

Sengaja saya njujuk ke toko CD untuk berburu lagu-lagu Jawa lawas yang sudah diaransemen ulang dengan aneka jenis musik. Kali ini saya mendapatkan album Wedang SariJavanese Classic Song in Saxophone.

Telinga saya baru menyadari kalau toko CD sedang memutar lagu yang sangat akrab di pendengaran, namun kali ini kok yang nyanyi beda. Bukan suara vokalis Dewa 19 tetapi suara cewek. Gurih betul suaranya.

haruskah kuulangi lagi / kata cintaku padamu yakinkan dirimu / masihkah terlintas di dada / keraguanmu itu susahkan hatimu
tak akan ada cinta yang lain / pastikan cintaku hanya untukmu / pernahkah terbersit olehmu / akupun takut kehilangan dirimu
ingatkah satu bait kenangan / cerita cinta kita tak mungkin terlupa / buang semua angan mulukmu itu / percaya takdir kita aku cinta padamu
tak akan ada cinta yang lain / pastikan cintaku hanya untukmu / pernahkah terbersit olehmu akupun takut kehilangan dirimu
akankah nanti / terulang lagi / jalinan cinta semula / dengar bisikku / bukalah mata hatimu read more

Saya mendengarkan RRI

Tahun 1980. Pak Suparmo berdiri di depan kelas 6 SDN 1 Karanganyar sedang mengajar mata pelajaran IPS. Anak-anak menyimak penuturan Pak Parmo.

“Anak-anak, siapa yang pernah ke nJenawi?” tanyanya kepada murid-murid. Jenawi adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang berada di lereng Gunung Lawu.

“Saya pernah, Pak. Kebetulan Pakde saya rumahnya di sana,” jawab seorang murid laki-laki. read more