Sekarang lagi zamannya terbalik, yang salah bisa dibenarkan, sedangkan yang benar bisa disalahkan. Tergantung siapa yang berkuasa dan siapa yang berkepentingan. Pemilu caleg yang carut marut kemarin, terlupakan sudah. Elit politik sibuk main lirik-lirikan, senggol-senggolan, cubit-cubitan, talak-rujuk, rapet-rapetan, saling selingkuh demi mendapatkan kue kekuasaan yang semua itu tidak terlepas dari urusan yang terbolak-balik. Dulu teman, sekarang musuh, dulu suka berantem sekarang bergandeng tangan. Dulu mencaci, kini memuji. Bikin pusing!
Perhatikan penggalan salah satu syair Ronggowarsito, pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat yang berjudul Jaman Edan : pancen amenangi jaman edan, sing ora edan ora keduman, sing waras padha nggragas, sing tani padha ditaleni, wong dora padha ura-ura (kira-kira begini artinya, ketika bertemu jaman gila, yang tidak (ikut) gila tidak (akan) kebagian, yang sehat (pikirannya) pada rakus, yang rajin pada diikat, para pendusta pada berdendang/bernyanyi), lalu syair itu dilanjutkan dengan kalimat : begjane sing eling lan waspada yang artinya : beruntunglah (orang) yang ingat dan waspada.