Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa. Asal-usul Semar ini ada beberapa macam versi seperti yang tertulis dalam Serat Kanda, Paramayoga, Purwakanda dan Purwacarita.Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.
Serat Kanda mengisahkan, penguasa kahyangan yang bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra yaitu Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Setelah Sanghyang Wenang lengser, tahta diwariskan kepada putranya yaitu Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar. read more