Cancer-296

“Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya”
~ Nabi Muhammad SAW ~

Selepas asar, Rahmini menemui pakliknya. Rumah mereka jaraknya sepelemparan sandal jepit saja. Deket banget. Waktu itu pakliknya sedang menyiangi rumput liar yang tumbuh di pot bunga-bunga kesayangannya.

Lelaki yang tahun lalu pensiun dari PNS itu menghentikan kegiatannya ketika ia mendengar salam dari Rahmini. Ia pun segera membalas salam keponakannya.

“Lik, ini ada kolak tape bikinan ibu untuk buka puasa nanti!”

Rahmini duduk di bale bambu sambil menyaksikan kegiatan pakliknya. Kata ibunya, pakliknya suka sekali makan kolak tape kalau pas buka puasa. 

Nih, bunga mawar ini untuk kamu Nduk!”

“Dalam rangka apa ini, Lik? Nyuap?

Weladalah bocah iki. Sekarang kamu ulang tahun kan? Suit sepentin toh. Wis diterima wae.”

Kok ingat ultahku, Lik?”

Lha iya kelingan wae.”

Pada keluarga besar Rahmini tak ada tradisi merayakan ulang-tahun. Mendapat ucapan selamat ulang tahun, sudah paling pol. Ia mengagumi indahnya bunga mawar yang ada di tangannya. Sepertinya pakliknya khusus menanam mawar tersebut untuknya.

“Umurmu sekarang kan tujuh belas tahun. Ndak pengin dirayakan, Nduk?”

Rahmini mecucu. Ia tahu kalau pakliknya itu sedang menggodanya. Ia perhatikan lagi tanaman bunga mawar pemberian pakliknya.

“Manusia adalah kumpulan hari-hari, setiap ada sehari yang berlalu, maka hilanglah sebagian darinya.”

Pakliknya duduk di samping Rahmini. Dua manusia berzodiak cancer itu saling diam. Sejenak saja.

“Ya, betul katamu, kita ini kumpulan hari-hari. Kamu masih ingat kultum paklik di taraweh semalam? Nanti di akhir zaman, manusia ditanyakan empat hal. Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan. Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan. Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan, dan terakhir tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. Perjalanan hidupmu insya Allah masih panjang, Nduk. Maka hari-hari milikmu isilah dengan banyak melakukan amal saleh.”

Rahmini senang mendapatkan pencerahan dari pakliknya. Namun tak terasa, waktu buka hampir tiba.

“Rawat bunga mawarnya, ya?” pesan pakliknya saat Rahmini berpamitan pulang.