Bremono Kembar

Senja sudah menabrak malam. Kademangan Randusari sunyi sebab tak ada lagi anak-anak yang bermain di halaman rumahnya. Saat senjakala seperti itu pamali berada di luar rumah. Konon, Bathara Kala sedang berjalan-jalan mengincar bocah untuk dijadikan santap malam. Anak-anak patuh terhadap peraturan tidak tertulis seperti itu demi alasan keselamatan.

Di sudut dusun tinggalah sepasang suami-istri yang bernama Ki Bremono dan Nyi Bremani. Sebagai pengantin baru, kesunyian seperti itu sungguh suasana yang ditunggu-tunggu. Namun, malam itu Ki Bremono kudu menunda hasratnya, sebab ada permintaan ganjil dari istrinya.

“Kang Bremono, aku minta madu super yang harus kamu petik langsung dari sarang lebah di dalam hutan. Malam ini juga aku mau meninumnya. Demi jabang bayi kita,” rajuk Nyi Bremani.

“Haa?! Kamu hamil, Nyi? Ini critanya lagi ngidam ya?” Ki Bremono sangat girang.

Nyi Bremani mengiyakan. Ki Bremono memeluk istrinya sangat erat dan berjanji malam itu akan membawa madu super yang diminta oleh istrinya. Dengan semangat makantar-kantar, Ki Bremono berangkat menuju hutan.

***

Tak beberapa lama, Ki Bremono kembali ke rumah dengan membawa madu super pesanan istrinya. Nyi Bremani senang bukan main. Kebahagiaan hatinya terpancar saat ia memadu kasih dengan suaminya itu.

Mereka tengah menikmati bulan madu di awan biru, masuklah sosok lelaki Ki Bremono yang lain yang juga membawa madu super. Nyi Bremani terkejut bukan main, sebab di depannya ada dua lelaki yang sama. Ia mengucek matanya. Satu sosok tak hilang. Memang ada dua Bremono.

Dua-duanya mengaku sebagai suaminya. Nyi Bremani tak bisa membedakan mana suaminya yang asli.

***

Malam itu juga Kademangan Randusari geger. Ada Bremono kembar. Para tetangga dan orang yang mengenal dekat Ki Bremono tak bisa membedakan mana Bremono asli dan mana yang palsu. Bikin pusing.

Akhirnya mereka dibawa ke rumah Ki Demang Klungsur, penguasa Kademangan Randusari. Sebagai pimpinan yang bijak warga Randusari sangat berharap kepada keputusan yang diambil oleh Ki Klungsur.

“Ambilkan kendi!” ia memerintahkan kepada punggawanya.

Semua orang mengambil nafas, tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh pimpinan mereka. Kedua Bremono pun tak tahu rencana Ki Klungsur.

“Hai, kalian berdua yang mengaku Bremono,” Ki Klungsur menunjuk ke arah dua lelaki kembar. “Kendi ini akan menunjukkan siapa di antara kalian yang asli. Barangsiapa yang bisa masuk ke dalam kendi ini, dialah Bremono yang sejati. Bisa?”

Ekspresi dua Bremono berbeda. Bremono yang satu tersenyum cerah, sementara yang satunya mukanya tampak memelas. Bremono yang tersenyum maju ke hadapan Ki Klungsur.

“Aku yang masuk duluan, Ki!” tukasnya.

“Silakan,” jawab Ki Klungsur.

Bremono berubah menjadi asap yang ujungnya masuk ke dalam kendi. Setelah semua asap masuk ke dalam kendi, buru-buru tangan Ki Klungsur menutup lubang kendi.

Bremono terjebak di dalam kendi. Suaranya menyayat hati minta dikasihani.

Ki Klungsur mengangkat kendi dan berkata kepada khalayak. “Bremono yang masuk ke dalam kendi ini Bremono palsu. Sesungguhnya ia adalah demit yang memba-memba menjadi Bremono.”

Ki Bremono asli dan Nyi Bremani berpelukan erat.