Para mafia pembocor UN 2013 bersorak gembira ketika Pak Nuh mengumumkan UN di 11 provinsi diundur gara-gara keterlambatan distribusi soal. Dalam beberapa kesempatan, Pak Nuh pernah bilang kalau UN nggak mungkin bocor, karena pengamanan yang super ketat plus adanya 20 varian soal.
Kunci jawaban akan bocor dengan sendirinya karena adanya penundaan pelaksanaan UN di tempat lain, alias gara-gara UN tidak dilakukan secara serentak. Provinsi A, hari ini mulai dilakukan UN, sementara Provinsi K pelaksanaan UN baru di hari Kamis-nya. Materi soalnya sama.
Dengan sangat mudah para mafia pembocor jawaban UN mendapatkan lembaran soal di Provinsi A. Secepat kilat, mereka berkoordinasi dengan mafia di Provinsi K perihal jenis soal UN lengkap dengan kunci jawaban. Tak kalah sigap, para mafia di Provinsi K segera menawarkan dan menjual kepada para siswa.
Begitulah kira-kira penerawangan Eyang Subur. *)
UN selalu menjadi momok yang menakutkan. Kenapa harus ada UN?
Bumi Nusantara yang terbentang dalam jarak lebih dari 5.000 km yang terletak di dalam 5,8 juta km persegi lautan, tentu saja tak mudah bagi pemerintah untuk memeratakan pendidikan bagi anak bangsa. Lha ini kok malah menyamaratakan tingkat pendidikan melalui UN? Ya, nggak bakalan rata.
Sekolah yang lengkap fasilitasnya tentu berbeda mutu dengan sekolah yang minim fasilitas. Daripada dana dihambur-hamburkan untuk UN, mendingan untuk melengkapi sarana lab, perpustakaan atawa mencetak buku paket.
Nah, ngomongin buku paket nih, kok jadi teringat di masa sekolah dulu. Buku paket terbitan BP digunakan oleh seluruh murid di Tanah Air. Materi pelajaran yang diajarkan di Aceh akan sama dengan yang diajarkan di Papua, di Jawa atawa di pulau yang lain. Nyatanya, hanya diawali dengan belajar membaca INI IBU BUDI saja negeri ini banyak menghasilkan manusia bermutu dan berbudi pekerti. Dulu nggak ada namanya LKS, toh para murid bisa mengerjakan aneka soal.
Begitulah kira-kira stori Eyang Subur ketika bersekolah dulu.
Pak Nuh sudah minta maaf atas carut-marutnya pelaksanaan UN. Ya wis, kita maafin saja. Semoga saja di Kurikulum 2013 terselip sebuah kebijakan menghapus UN. Ngapain repot-repot UN, toh untuk masuk PTN diperlukan tes lagi, meskipun nilai UN rata-rata di atas 8.
Begitulah kira-kira permintaan tulus dari Eyang Subur.
*) penerawangan ini keliru, sebab kata Wamendikbud di tipi soal-soal UN di 11 Provinsi ternyata berbeda dari soal yang diujikan mulai hari Senin, 15/4/13 di Provinsi lainnya.