Blog Perjalanan

Dengan adanya blog, cara pejalan mengais informasi tak lagi sama. Manfaatkan seperlunya.

Apakah Anda bisa memercayai isi blog perjalanan? Kadang-kadang. Sebab isinya tidak selalu objektif. Ada blog milik orang-orang tertentu yang memang dibayar perusahaan-perusahaan tertentu untuk urusan pencitraan, hanya menayangkan ulasan yang baik-baik saja, sementara faktanya tidak selalu diungkap secara terang-terangan.

Ada juga blogger yang sengaja menayangkan ulasan positif demi mendapatkan barter tiket pesawat, hotel dan makanan gratis. (Hal ini tentu saja tidak berlaku pada blog di situs web National Geographic Traveller).

“Para blogger tidak memiliki standar etika,” kata pakar blogging Alexander Havais dari Universitas Quinnipiac. “Anda mungkin memercayai isi majalah yang Anda baca karena meyakini reputasi perusahaan yang menerbitkan. Berbeda dengan blog, kepercayaan yang diberikan seringkali dikaitkan dengan siapa blogger-nya.” Akibatnya, Anda mungkin akan “menelan” begitu saja ulasan blog favorit yang belum tentu benar.

Sebagai contoh, Netherlands Board of Tourism & Conventions beberapa tahun lalu mensponsori perjalanan 25 blogger ke Amsterdam, menanggung segaligus biaya tiket pesawat, hotel dan tiket masuk ke tempat-tempat wisata. Sebagai barternya, para blogger sepakat menayangkan logo “Blogger in Amsterdam” dan menceritakan perjalanan mereka di situsnya masing-masing. “Saya senang menginap di Lloyd Hotel!” kata seorang blogger, sementara yang lainnya menambahkan “Makanan yang disajikan enak sekali.”

Visit Milwaukee juga pernah mensponsori seorang blogger selama setahun penuh, dari membiayai penggunaan akses internet, memberikan laptop senilai 1.700 dolar AS, sampai mensuplai tiket masuk tempat-tempat wisata, sebagai barter memublikasikan blog tentang Milwaukee (http://playinthecity.blogs.com). “Yang kami berikan hanyalah insentif minimal, setimpal banyaknya tulisan yang disetor si blogger,” kata David Fantle, juru bicara Visit Milwaukee. Tahun berikutnya, Visit Milwaukee memperbaharui kontrak si blogger dan meluncurkan blog lain (www.tasteoftheown.blogs.com).

Salah satu contoh blog bersponsor yang pernah ada, yaitu “Roadtripper” (www.visitpa.com), yang menayangkan kisah perjalanan warga Pennsylvania menjelajahi negara-negara bagian AS. Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan VisitPA. Tetapi sepadan hasilnya. “Kantor Pariwisata Pennsylvania dan mitra kerjanya dianggap mampu menyediakan informasi yang terbilang netral atau positif, yang mengundang komentar ‘inovatif’ atau ‘fun’,” kata Carrie Fisher, juru bicara Kantor Pariwisata Pennsylvania.

Memang tidak sulit mempengaruhi blogger untuk menulis tentang suatu destinasi. A Luxury Travel Blog (www.aluxurytravelblog.com) melalui situsnya mengiming-imingi imbalan akomodasi gratis bagi blogger yang bersedia menyajikan ulasan suatu destinasi. Situs ini antara lain menjalin kerja sama dengan hotel di Italia, dan berpromosi, “Jika Anda berada di Bellagio, hanya ada satu tempat untuk menginap: The Grand Hotel Villa Sarbelloni.”

Pengiklan pun terang-terangan melontarkan niatnya. PayPerPost.com membayar blogger yang bersedia mempromosikan sebuah produk. Di antaranya, menawarkan 10 dolar AS bagi blogger yang bersedia menulis 300 kata tentang serunya liburan di Hawaii.

Apakah blogger bayaran ini berdampak buruk bagi kebanyakan orang? Beberapa blogger bersikeras menyatakan tidak – meskipun tidak sedikit orang yang mengeluhkan kerja sama blogger dan sponsor ini. Steve Broback, penerbit blog perjalanan bisnis (www.in.flighthq.com) menyatakan, “Blogger tidak harus jurnalis. Blogger menulis tentang pengalaman dan blog tidak harus mengikuti standar jurnalis.”

Blog-blog bersponsor akan terus bermunculan. Ulasan blog yang meragukan tidak perlu Anda tanggapi. Anda sendirilah yang mencari tahu dan mengecek keabsahan sumbernya. Perjalanan Anda akan tergantung pada hal ini. (Christopher Elliott)

Note: Artikel di atas dikutip dari National Geographic Traveler Vol. 4 No. 3 Maret 2012