Bimasakti

Ada beberapa alasan kenapa saya memajang tokoh wayang Bima di kamar kerja saya. Bima atau Werkudara dalam cerita Mahabarata berbadan besar dan gagah perkasa sebagai tiang keluarga Pandawa. Mungkin terinspirasi oleh keperkasaan Bima tersebut, gugusan bintang (milky way) oleh orang Indonesia disebut dengan Bimasakti.

Dalam bentuk wayang kulit, Bima memakai gelang supit urang, mukanya selalu menunduk dan bagian tubuh belakang yang tinggi, seperti orang yang sedang melakukan shalat. Dia mempunyai Aji Pancanaka yang selalu digenggamnya kuat-kuat, sebagai senjata perangnya. Dia juga selalu menjunjung tinggi kehormatan Pandawa. Bima ini mempunyai banyak nama dan sebutan, seperti :

  • Bima, maknanya sangat setia pada budi yang luhur. Kalau sudah menjadi tekatnya, siapa pun akan sulit mempengaruhi, bahkan untuk mencapai cita-citanya akan ditempuhnya meskipun kematian sebagai taruhannya.
  • Raden Arya Sena, maknanya ketika lahirnya masih terbungkus plasenta (dalam lakon wayang Bima Bungkus) dan dipecahkan oleh Gajah Sena.
  • Bratasena, maknanya pemungkas laku, karena dia sering membereskan suatu masalah.
  • Bimasena, artinya panglima yang memimpin perang.
  • Jodipati, maknanya raja prajurit yang bisa dihandalkan karena kesaktiannya dalam menguasai ilmu perang.
  • Jayalaga, unggul dalam setiap peperangan, kalau sudah berperang dia akan malu kalau dikalahkan.
  • Kusumayuda, dia menjadi bunga (bintang, pemenang) dalam setiap peperangan.
  • Kusumadilaga, maknanya dia selalu menjadi bintang dan kembang dalam gelanggang apa saja, termasuk pertempuran dan persidangan.
  • Wahuyuninda, artinya dia suka angin, karena jika dia sedang mengeluarkan tenaga selalu disertai angin topan yang hebat.
  • Bayuputra, karena Bima juga menjadi salah satu murid dan putra Batara Bayu.
  • Gandawastratmaja, karena dia pernah diangkat menjadi putra Prabu Gandawastra.
  • Pandhusiwi, karena dia putra Pandhu Dewanata.
  • Kunthisunu, karena dia putra Dewi Kunthi Talibrata. Dalam lakon Bale Sigala-gala, peranan Bima dilukiskan sebagai tokoh yang heroik dalam upaya menyelamatkan ibunya, Dewi Kunthi dan para saudara Pandawa dari bahaya api yang menghanguskan tempat peristirahatannya.

Saya mengenal Bima sebagai tokoh satria pinandhita, sifatnya bisa diungkapkan dengan kalimat yen kaku kena kanggo teken, yen lemes kena kanggo dhadhung = kalau kaku bisa digunakan sebagai tongkat, tapi kalau kendur bisa digunakan sebagai tali (tambang).