Dalam hidup berbangsa dan bernegara diperlukan sikap toleransi antar individu. Toleransi berarti menghormati hak orang lain dan bersikap tenggang rasa agar orang lain tidak merasa terganggu oleh tindakan atawa ucapan kita.
Lalu, bagaimana bertoleransi ketika shalat berjamaah? Berdasarkan pengalaman shalat berjamaah ada beberapa perkara yang saya lihat, amati dan rasakan bagaimana pentingnya kita bertoleransi dengan jamaah lain ketika shalat bersama. Apa saja itu?
- Ketika kita ditunjuk menjadi imam, jangan membaca surat yang panjang-panjang, yang sedang-sedang saja, karena makmum terdiri dari berbagai macam tingkat keimanannya, bahkan termasuk ada yang baru belajar shalat.
- Jangan menggunakan pakaian/kaos yang di punggungnya ada tulisan/gambar. Jamaah di belakang kita akan buyar konsentrasi shalatnya karena matanya terganggu oleh tulisan/gambar di kaos kita tersebut.
- Jangan menggunakan mukena/sarung yang baunya apek. Hal ini pun dapat mengganggu kekhusyukan jamaah lain karena aroma semerbak yang ditebarkan oleh mukena/sarung apek tersebut. Sabun cuci murah kan? Jangan malas untuk mencuci mukena/sarung kita. Bukankah kebersihan bagian dari iman?
- Masih perkara bau yang mengganggu jamaah lain. Bisa bau badan yang kecut atawa bau badan yang terlalu wangi. Tidak semua orang suka dengan aroma parfum kita. Gunakan parfum sewajarnya saja, jangan seperti orang yang mandi menggunakan parfum. O, bau badan yang kurang sedap pun bisa diatasi, bisa dengan cara tradisional maupun menggunakan deodoran berbagai merek yang dijual murah di toko-toko kelontong.
- Belum habis membahas bau nih. Jangan sekali-sekali glegekan – bersendawa saat shalat, apalagi kalau bau yang ditimbulkan dari sendawa tersebut bau ikan asin atawa jengkol. Dijamin, teman shalat di sebelah Anda menahan muntah.
- Perhatikan ukuran sajadah. Bawa sajadah ke masjid yang ukuran pas dengan shalat kita. Jangan menggunakan sajadah ukuran jumbo. Selain menghabiskan tempat, pemakai sajadah jumbo tersebut terlihat egois: sementara orang lain berdesak-desakan dalam shalatnya, ia dengan nyaman shalat di atas sajadah jumbo. Dalam pengamatan saya, orang lain akan sungkan untuk ‘nebeng’ shalat di atas sajadah jumbo tersebut.
- Selain sajadah jumbo, posisi shalat kita pun kadang bisa mengganggu jamaah lain. Posisi yang seperti apa? Itu loh, ketika shalat kakinya terlalu ngangkang. Daripada untuk mengangkang, akan lebih baik jika tempatnya diberikan kepada jamaah lain.
- Matikan hape jika hendak shalat. Ringtone hape seringkali mengganggu jamaah lain. Bunyi-bunyian lain: batuk berkepanjangan, bersin-bersin.
Ada lagi? Amatilah ketika di shalat tarawih di tempat Anda. Jika kebetulan masjid Anda menyelenggarakan shalat tarawih 23 rakaat, jamaah 11 rakaat akan meninggalkan shalat tarawih di rakaat yang ke-8 dan melanjutkan 3 rakaat berikutnya di rumah masing-masing.
Contoh toleransi jamaah tarawih 23 rakaat dan 11 rakaat yang shalat dalam satu masjid, tengoklah Masjid Agung Surakarta. Ketika melaksanakan shalat isya, semua jamaah akan shalat isya secara berjamaah dengan satu imam. Tetapi, ketika shalat isya rampung, para jamaah itu mulai memisahkan diri untuk melaksanakan salat tarawih dengan imam dan jamaahnya masing-masing, 23 rakaat dan 11 rakaat. Tinggal pilih.