Bersama Kartini di 2014#4

Sabak berkaca itu tak lepas dari tangan Nyonya Abendanon. Londo asli ini rupanya masih terkagum-kagum dengan benda berteknologi canggih karya londo-amerika. Meskipun begitu mulutnya tak berhenti bergerak karena asyik mengudap Klappertaart dan Macaroni Schoetel. Saya sama sekali tak menyentuh dua makanan ini, memang karena saya nggak suka. Saya lebih senang makan Bitterballen, yang rasanya mirip dengan kroket itu. Kartini dan adik-adiknya memilih Oliebollen, yang isinya potongan apel.

“Kami mengucapkan terima kasih pada paman Kyaine yang telah mengantar kami hingga bertemu dengan Nyonya Abendanon. Kalau tidak keberatan, bisakah paman mengabarkan kepada ayahanda kalau ketiga putrinya dengan selamat sampai di Buitenzorg?” pinta Kartini.1

***

Perjalanan saya ke Jepara kali ini, selain menemui RMA Sosroningrat2 juga ingin lihat-lihat sentra mebel ukir Jepara yang terkenal itu. Sehabis nyoblos, saya berangkat ke Jepara dengan mengendarai Kyai Garudayaksa Seta3 yang perkasa. Jalan Pantura yang berlubang saya terabas saja.

Menjelang tengah malam, saya sampai di gerbang Kadipaten Jepara.

Prajurit jaga di regol4 kadipaten bangkit dari rasa kantuknya begitu Kyai Garudayaksa Seta terparkir dengan sempurna. Mereka mengucek-ucek matanya, meyakinkan diri kalau mereka tidak sedang bermimpi. Tubuh saya seperti dipindai oleh pandangan mereka. Makhluk macam apa yang tengah datang ke wilayah Kadipaten Jepara ini?

“Saya ingin bertemu dengan Kanjeng Adipati RMA Sosroningrat. Tapi hari sudah larut begini. Tak elok untuk bertamu, besok saja saya menghadap beliau. Perkenankan saya gletakan di lincak yang ada di regol itu,” kata saya sambil menunjuk ke arah pos jaga mereka.

Sunyi. Tiada yang menjawab. Bahkan mereka membiarkan saya melangkahkan kaki menuju regol.

“Oh iya, nama saya Kyaine Guskar. Tolong dicatat di buku jaga kalian,” ujar saya kemudian.

***

Adipati RMA Sosroningrat menerima saya di pendapa. Sebelumnya saya dipersilakan oleh kepala urusan rumah tangga kadipaten membersihkan diri. Jadi pada saat menghadap RMA Sosroningrat wajah saya sudah segar dengan aroma tubuh harum mewangi.

Saya mewartakan keselamatan ketiga putrinya yang sekarang bersama Nyonya Abendanon dan tentu saja juga keselamatan saya hingga bisa berada di hadapannya.

Pada kesempatan ini saya mengkonfirmasi kepada ayah Kartini kenapa ia pernah memingit Kartini.

“Pingit-memingit adalah tradisi zaman saya to, Dhimas. Meskipun dipingit, toh Kartini saya bebaskan berkorespondensi dengan kawan-kawannya, juga memberikan pengajaran di lingkungan kompleks kadipaten ini,” tutur RMA Sosroningrat sambil mengepulkan asap rokoknya.

“Meskipun ia tinggal di dalam tembok kadipaten, ia mengikuti perkembangan dunia luar dengan membaca. Sama seperti kedua putri panjenengan, Kartini gemar membaca. Dari gemar membaca itulah Kartini mempunyai wawasan yang sangat luas. Kakaknya termasuk pemasok utama buku-buku yang dibaca Kartini,” lanjut ayah Kartini.

Saya jadi ingat surat Kartini yang menggambarkan tentang sang ayah:

Ia dapat begitu lembut, dan dengan lunaknya mengambil kepalaku pada kedua belah tangannya, begitu hangat dan mesranya tangannya merangkul daku, untuk melindungi aku daripada bencana yang datang menghampiri. Ada aku rasai cintaku yang tiada terbatas kepadanya dan aku menjadi bangga, menjadi berbahagia karenanya. (surat tanggal 25 Mei 1899 kepada Estella Zeehandelaar).

atau di surat yang lain, ia menulis:

… aku mengarang, melukis, dan melakukan semuanya, karena ayah suka akan hal itu. Aku akan berusaha keras dan berusaha sebaik-baiknya, membuat kebajikan-kebajikan, karena semua itu menyukakan hatinya … (surat tanggal 23 Agustus 1900 kepada Estella Zeehandelaar).

Setelah jamuan makan siang, saya pamitan pulang. Nanti sebelum kembali ke Karawang, saya akan berziarah ke makam Kartini.

Habis, tidak bersambung lagi.

Catatan kaki:
1Klappertaart, Macaroni Schoetel, Bitterballen, dan Oliebollen adalah beberapa menu yang dapat dipesan di Den Haag Café Hotel Salak The Heritage Bogor.
2Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara ini adalah ayah Kartini beristerikan Ngasirah. Pada mulanya ia menjadi wedana di Mayong Jepara. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi [Ngasirah adalah ibu dari Kartini, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan, keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
3Kyai Garudayaksa Seta adalah mobil dambaan saya di masa mendatang. Sekarang saya menggunakan mobil yang saya beri nama Kyai SX4 = Salam: Sluman-Slumun-Slamet adalah falsafah Jawa yang berarti selamat.
4Regol adalah pintu gerbang/gapura yang memiliki atap dan daun pintu